Mewaspadai Di Balik Fenomena Salawatan

  • Whatsapp

Oleh: H. Asmu’i Syarkowi
Arak-arakan para jamaah itu sungguh luar biasa. Jumlah mereka yang puluhan ribu itu, memenuhi setiap ruas jalan yang dilewati pada waktu menjelang sore. Di samping karena jumlah, mereka memanncing perhatian juga karena atribut yang mereka kenakan. Dengan atribut santri plus umbul-umbul yang mereka kibas-kibaskan di sepanjang jalan jelas memperjelas siapa tokoh yang mereka ‘promosikan’. Tokoh tertentu itu tidak lain seorang habib pemimpin salawatan, yang pada malam harinya akan tampil di tempat tertentu.

Kebiasaan seperti selalu terjadi di setiap even salawatan dengan tokoh sentral tertentu. Para pengunjung fanatik yang datang dari berbagai daerah, seolah menjadi jamaah tetap yang selalu harus hadir setiap even religi ini digelar. Sikap fanatismenya tidak hanya ditunjukkan saat konvoi di jalan, tetapi juga di lokasi. Dengan area (kawasan) khusus yang mereka patok, fanatisme itu mereka tunjukkan dengan lambai-lambaian bendera bergambar sang tokoh di sepanjang acara. Mereka selalu antusias dan bahkan histeris setiap asma Bagina Nabi Muhammad SAW disebut di sela bait-baik salawat yang di lantunkan para vokalis grup salawat yang beraksi di panggung.
Yang jelas saat para pendukung konvoi dan acara usai, suasana kemacetan di beberapa radius dari pusat acara, terjadi luar biasa. Penuh sesak pengunjung yang hadir sering membuat kita harus memarkir kendaraan beberapa ribu meter dari pusat acara. Tukang parkir kendaraan, penjual asongan, dan warung-warung, serta pengumpul botol mineral setempat jelas mendapat berkah. Omzet mereka hari itu dapat dipastikan melonjak tajam, termasuk, para tukang copet juga mungkin juga mengalami kenaikan pendapatan dengan satu syarat tidak tertangkap. Kalau tertangkap tentu akan sangat berbahaya. Dengan jumlah pengunjung yang demikian banyak dan sedikitnya polisi di kerumunan jamaah, kalau sampai tertangkap, bisa-bisa ‘pengadilan masa’ akan membuat berpindah alam.

Ilustrasi fenomena salawatan tersebut selama ini memang tampak normal-normal saja. Bahkan pada level tertentu, fenomena tersebut mengundang decak kagum siapa pun yang melihatnya. Bahkan, fenomena salawatan yang super meriah di mana-mana dan semula ditokohi oleh para habaib itu memang ada yang lantas menghubungkan dengan daya magis mereka yang mengklaim diri sebagai dzuriiyat rasululullah SAW. Pahala selangit membaca salawat di mana pun selalu didengungkan setiap even oleh mereka. Pahala selangit itu di samping di dapat dari ansich bacaan salawat itu sendiri juga diperoleh berkat kedekatannya dengan para anak cucu pemilik al-syafa’at al-udhma Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Dalam hati para pendukung habaib (muhibbin) telah tertanam sebuah keyakinan hanya surga dengan segenap gemerlapnya-lah yang akan diperoleh, jika mau bersalawat dan selalu mendekat dengan para anak cucu rasulullah SAW.
Akan tetapi apakah semua yang hadir, di luar para muhibbin, seratus persen ikut hadir dengan segenap ketulusannya? Atau dengan kalimat lain, apakah para peserta konvoi yang sebagian terlihat tidak lazim itu (maaf, seperti anak-anak punk dan ’preman’) juga punya ketulusan hati seperti para muhibbin? Harapan kita memang begitu. Harapan kita salawatan memang menjadi media pencerahan rohani bagi komunitas yang selama distigma negatif itu. Sebab, Allah memang juga telah menjanjikan akan memgampuni pendosa mana pun dan seberapa pun, jika mau sungguh-sungguh bertaubat.

Yang disayangkan adalah jika kemeriahan kehadiran mereka di setiap even salawatan adalah hanya berkat ‘tangan-tangan tak terlihat’ yang sengaja menggerakkan mereka secara diam-diam untuk tujuan-tujuan duniawi, seperti mengokohkan eksistensi habaib yang kini sedang menjadi polemik ini. Kalau ini benar, tentu perlu diwaspadai, khususnya oleh masyarakat yang selama ini kontra habaib. Sebab, jika mereka salah mengantisipasi kelompok orang-orang tersebut, kemungkinan akan mudah digerakkan sebagai amunisi untuk ‘menghantam’ para kontra habaib. Bentuknya, bisa dua kemungkinan: secara senyap atau bisa secara terang-terangan, seperti kekerasan. Mengapa? Sebab, di satu pihak, setelah ketersambungan nasab klan Ba’lawi dinyatakan batal tersambung kepada rasulullah SAW oleh tesis Kiai Imad, para kontra habaib seolah terus melakukan gerakan anti habaib. Di pihak lain, narasi-narasi reaksi kelompok habaib dan para muhibbinnya juga tidak kalah kerasnya. Dua kubu itu kini seolah sudah saling berhadapan vis a vis. Harapan semua pihak semoga kekhawatiran itu tidak terbukti. Sebab, seratus persen tentu semua pihak sepakat, bahwa “peace is beautiful” (damai itu indah). Dan, yang pasti bersalawat merupakan salah satu ibadah penting karena juga menjadi salah satu perintah Allah SWT. Shallu ‘alan nabi!

BIO DATA PENULIS
Nama : Drs.H. ASMU’I SYARKOWI, M.H.
Tempat & Tgl Lahir : Banyuwangi, 15 Oktober 1962

Profesi : Hakim Tinggi PTA Jayapura sejak 9 Desember 2022 sampai sekarang.

Alamat : Pandan, Kembiritan, Genteng, Banyuwangi
Alamat e-Mail : asmui.15@gmail.com

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait