JAKARTA, Beritalima.com– Tidak berapa lama setelah wabah virus Corona melanda Wuhan, Provinsi Hubei, China, Desember tahun lalu, harga minyak mentah dunia yang berada pada kisaran 75-80 dolar Amerika Serikat (AS) langsung anjlok. Bahkan saat ini harga minyak dunia berada pada kisaran 25 dolar AS per barel.
Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda dari Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di dalam negeri. Padahal, pemerintahan Jokowi menyerahkan harga BBM non subsidi itu ke mekanisme pasar. Artinya, bila harga minyak dunia naik, harga BBM non subsidi dalam negeri juga naik. Demikian pula sebaliknya.
Bahkan sejumlah wakil rakyat di parlemen sudah berkali-kali menyuarakan agar Pemerintah menurunkan harga BBM non subsidi dalan negeri seiring dengan ‘terjun bebasnya’ harga minyak dunia. Tidak tahu persis apakah Pemerintah mendengar desakan para wakil rakyat itu atau pura-pura tidak mendengar dan sengaja tidak menurunkannya sepanjang belum ada teriakan dari rakyat.
Belakangan, senator dari Dapil Provinsi Jawa Timur, Evi Zainal Abidin yang menyuarakan tidak turunnya harga BBM non subsidi di tanah air. Namun, perempuan kelahiran Pasuruan 11 Nopember 1976 tersebut hanya menyebut secara spesifik tidak turunnya harga BBM jenis pertalie yang masuk dalan BBM non subsidi.
Dikatakan Evi, anggota DPR RI 2014-2018 dari Dapil II Provinsi Jawa Timur tersebut, harga minyak mentah dunia mengalami penurunan sangat tajam. Tetapi harga Pertalite tidak mengalami perubahan.
Evi menjelaskan pada 22 April 2019 harga minyak mentah dunia berada diposisi 63,30 per/barel. sedangkan 13 April 2020 harga minyak mentah dunia berada diposisi 19,87 per barel. “Dalam kurun waktu 12 bulan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan harga yang sangat tajam, anjlok sampai 70 persen. Tentu hal ini berpengaruh kepada harga jual BBM di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia,” ucap perempuan lulusan Curtin University of Technology, Western Australia ini.
Evi membandingkan harga BBM di Indonesia pada kisaran bulan yang sama yaitu April 2019 berdasarkan pantauan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina 31.127.02 di kawasan Kapten Tendean, Jakarta, 2 April 2019 yakni PertamaxTurbo Rp 11.200/liter, Pertamax Rp 9.850/liter, PertaminaDex Rp 11.700/liter
, Dexlite Rp 10.200/liter, Pertalite Rp 7.650 /liter, Premium Rp 6.550/liter (Sumber: liputan6)
Harga BBM Pertamina di Jabotabek 13 April 2020 yakni Pertamax Turbo Rp 9.850/liter, Pertamax Rp 9.000/liter
PertaminaDex Rp 10.200/liter, Dexlite Rp 9.500/liter, Pertalite Rp 7.650/liter, Pertalite Rp 7.650/liter, Premium Rp 6.450 per liter (Sumber: Otosia). “Dari data diatas ada penurunan harga di semua jenis BBM Pertamina kecuali Pertalite,” kata Evi.
Meski harga premium mengalami penurunan Rp 100/liter tetapi namun semua tahu bahwa keberadaannya sangat sulit ditemui tersedia di SPBU Pertamina. “Seolah premium ini adalah BBM hantu, ada nama tetapi tanpa wujud, hanya sesekali saja nampak dan itu pun sangat singkat (cepat habis stok),” lontar Evi.
Padahal, lanjut Evi, karena premium sulit didapat, masyarakat beralih ke jenis Pertalite yang non subsidi. Namun mengapa di saat harga minyak mentah dunia anjlok sampai dengan 70 persen, tapi harga Pertalite tidak mengalami perubahan harga jika dibandingkan dengan situasi 12 bulan lalu dimana harga minyak mentah dunia masih bertengger diposisi USD 63,30/barel.
Pada saat harga minyak mentah dunia diposisi 63,30 per barel, harga Pertalite Rp 7.650/liter. Saat harga minyak mentah dunia anjlok ke 19,87 per barel, harga Pertalite terkoreksi ke Rp7.650/liter (sebelumnya Rp 7.800 per liter).
Berdasarkan analisa harga, Evi menggunakan historis data harga minyak mentah dunia dan harga BBM Pertamina. “Saya meminta pemerintah menjelaskan kepada masyarakat mengapa pada posisi minyak dunia di USD 63,30/barel dan di USD 19,87/barel, Pertalite sebagai BBM utama masyarakat dijual pada harga yang sama yaitu Rp 7.650/liter?”.
Untuk meringankan beban ekonomi masyarakat pada saat kondisi serba sulit seperti yang kita alami bersama saat ini. Evi meminta pemerintah melakukan penyesuaian harga Pertalite yang mencerminkan koreksi signifikan sebagai dampak anjloknya harga minyak dunia yang menyentuh dibawah USD 20/barel. Dengan demikian masyarakat Indonesia juga dapat merasakan dampak penurunan harga minyak mentah dunia.
Evi berharap turunnya harga Pertalite akan memperbaiki daya beli masyarakat yang sedang berada dititik rendah sebagai dampak PHK disana-sini. Jangan sampai analisa di atas adalah salah satu indikasi bahwa upaya revitalisasi yang dilakukan ditubuh Pertamina belum berdampak nyata pada perbaikan perekonomian Indonesia yaitu menekan “cost of production” BBM produksi Pertamina,” demikian Evi Zainal Abidin. (akhir)