Sumbawa Barat NTB.beritalima.com|
Kelangkaan minyak goreng kemasan premium di Kabupaten Sumbawa Barat masih terus berlangsung. Harga jual minyak pun melonjak hingga Rp 27.500 per liter.
Hasil investigasi media ini disejumlah toko ritel modern dan pasar tradisional pada Kamis ( 17/03 ) melaporkan, masyarakat di sejumlah wilayah di Kabupaten Sumbawa Barat kesulitan memperoleh minyak goreng kemasan sederhana maupun premium di ritel-ritel modern. Kalaupun ada harga jualnya naik 100 persen alias dua kali lipat.
Harga minyak goreng di sejumlah toko ritel modern dan pasar tradisional di Kabupaten Sumbawa Barat dalam dua minggu terakhir ini melonjak tajam hingga Rp 27.500 per liter, itupun sangat langka didapatkan dan Kini ada sebagian merek minyak goreng yang sudah tidak ditemui lagi di pasar, diantaranya Bimoli, Kunci Mas justru muncul minyak goreng merk baru yang belum tentu kwalitasnya terjamin
Seperti di Alfa Mart Desa Lamusung, Desa Tapir, Buin Telu dan Alfa Mart Seteluk stok minyak goreng premium ternama kosong dalam dua minggu terakhir ini , begitu juga di Pasar tradisional seteluk, bahwa Minyak goreng ternama sangat langka dan sulit dicari . Hanya sedikit penjual yang masih menyimpan minyak goreng kemasan. Namun, mereka menjualnya lebih tinggi ketimbang harga eceran tertinggi (HET) pemerintah, Rp 14.000 per liter.
Terlihat di beberapa kios pasar tradisional seteluk hanya ada beberapa kemasan minyak goreng yang tidak ternama dengan merk baru yang ada dijual diantaranya Minyak Goreng Kemasan Zaitun, Minyak goreng Lavenia, minyak Goreng Colco, itupun harga jualnya 500 ml mencapai Rp 11.500 lebih mahal dari Harga Eceran Tertinggi, sementara Minyak Goreng Merk terkenal seperti Bimoli untuk kemasan 500 ML dijual dengan harga Rp 14.000.
Akibat dari melonjaknya harga minyak goreng kemasan naik 100 persen di tambah lagi dengan adanya Kelangkaan minyak goreng yang terjadi akhir-akhir ini mengancam pedagang gorengan maupun Home Industri mengalami gulung tikar. Karena tidak sesuai dengan biaya produksi dari penghasilan. Pasalnya, mereka mereka kesulitan mencari bahan baku utama untuk produksi jajanan yang selama ini menjadi sumber utama penghasilan bagi para pedagang kecil.
Imbasnya, mereka berencana akan berhenti berjualan jika dalam pekan kedepan minyak goreng masih tidak bisa didapatkan.
Siti Hawa Ketua UMKM Pakirum Mandiri Binaan BKSDA ini, mengatakan kepada media , langkanya minyak goreng membuat sangat kesulitan mengolah Produk Lomar dan Kerupuk Krispi dari siput , itupun kalau ada harganya dua kali lipat, sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan biaya produksi, yang menyebabkan produksi unggulan UMKM Pakirum Mandiri berhenti beraktifitas.
Dia juga mengatakan, harga yang awalnya lebih rendah, kini didapatkan dengan harga yang lebih tinggi. Dia mendapatkan minyak goreng bantal ukuran 1 liter dengan harga 28.000. “Ini harganya sudah mencekik, Mas. Kalau begini terus kami mau berhenti saja dulu, daripada terus merugi, ” ujar wanita paruh baya itu.( Red)