SITUBONDO, Beritalima.com – Pawai dalam rangka mengenang perjuangan RA Kartini masih ramai diseantero Nasional termasuk di situbondo, Beberapa media sebelumnya memberitakan perjuangan hidup nenek Ima (52) dalam momen peringatan hari Kartini rasanya tidak berlebihanengingat keras perjuangan Hidup yang dijalaninya,Selasa (25/4).
Nenek Ima (52) warga Kp Peleyan Timur Rt. 03, Rw.02 Desa Peleyan Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo Jatim hidup dalam kondisi memprihatinkan, Ditambah dengan kondisi fisik nenek yang Tuna Daksa ( tidak memiliki kedua kaki ) penglihatan rabun, tinggal di sebuah gubuk berdindingkan bilik bambu dan lantai tanah yang menggantungkan hidupnya dari berjualan camilan atau snack di sebuah sekolah dasar didekat rumahnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Beritalima.com dari beberapa tetangga dan guru disekolah tempatnya berjualan, Nenek Ima berjualan camilan sejak 13 tahun silam untuk menyambung hidup. Namun, yang paling memprihatinkan, nenek ima harus membawa dagangannya dan bersusah payah dijalan tak rata dan berbatu setiap hari.
Saat disambangi awak media terlihat Nenek Ima duduk di lapak sederhana miliknya yang tanpa atap menunggu anak – anak sekolah istirahat sembari berharap membeli jajanan atau camilan miliknya. Nenek yang tinggal Sendirian seorang diri digubuknya ini tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari Pemerintah Desa setempat baik itu, BLT, Raskin, Kartu KIS yang merupakan program pemerintah pusat untuk kesehatan ataupun bedah rumah serta bantuan-bantuan lainnya.
“Saya jualan tidak punya modal, terpaksa ngutang dulu ke toko bayar tiap 2 minggu, penghasilan saya dari berjualan antara Rp 5.000 sampai 10.000 setiap hari, Alhamdulilah cukup, saya memang punya adik tapi karena kondisi adik juga tidak punya, ya saya cari pengasilan sendiri untuk makan sehari,”Ujar Nenek Ima polos.
Nenek Ima mengaku selama ini dirinya hanya mengandalkan dari berjualan camilan maupun snack disekolah, apabila masa libur sekolah maka dirinya bertahan hidup seadanya, Nenek Ima berharap bantuan Donatur atau pemerintah membantu memperbaiki rumahnya yang sudah bocor dan dindingnya sudah bolong – bolong, beberapa material rumahnya juga sumbangan tokoh masyarakat beberapa tahun lalu.
“Saya tidak berharap banyak dari pemerintah, sering saya dengar ada bantuan ini dan itu tapi anehnya saya tidak pernah dapat bantuan, tapi tetangga yang masih muda naik sepeda motor mejeng pakai kacamata kok dapat bantuan macam – macam, itu yang saya heran, apa saya dikira sudah mati atau saya sudah dianggap kaya,”Candanya seakan tanpa beban.
Sementara kepala Desa Peleyan M. Jumaadi mengaku, selama dirinya menjadi kepala desa sudah sering memasukkan nama nenek Ima diberbagai pengajuan bantuan kepada pemerintah kecamatan dan kabupaten namun anehnya, nama nenek Ima selalu tidak tercantum ketika Bantuan turun.
“Kami masih menyimpan data pengajuan untuk nenek ima, seperti pengajuan rumah RTLH, BLT yang sekarang PKH, Raskin, Dan beberapa permintaan bantuan untuk lansia, tapi tak satupun yang disetujui, Nama nenek Ima selalu tidak tercantum apabila ada bantuan yang, saya juga merasa aneh “Akunya
Kepala desa Peleyan berjanji, akan terus memperjuangkan Bantuan untuk nenek Ima terutama untuk rumahnya yang betul – betul memprihatinkan dan sudah tidak layak huni.
Dalam kesempatan tersebut kepala desa bersama seorang perangkat desa juga menjadi saksi penerimaan Bantuan Sembako dari Stichting Indahnya Sedekah Nederland, juga sembako dan uang tunai sejumlah Rp 1 juta dari Gerakan BMI Taiwan Peduli (TKI asal indonesia yang ada di taiwan ), yang dititipkan melalui seorang jurnalis Online di situbondo.
Sungguh miris memang melihat realita yang ada di negeri ini, disaat orang kaya atau wakil rakyat dari daerah sampai kepusat, berebut kursi atau jatah sehingga ramai menjadi berita korupsi di mana – mana, Rakyat kecil seperti nenek Ima malah tak terlihat dan terlupakan. (JOE).