Oleh.Mas Hairuddin No.peserta 79
Siang itu udara kurang bersahabat, semenjak pagi mendung silih berganti berputar mengelilingi alaun-alun kota malang sesekali diiringi dengan rintik-rintik hujan membuat banyak orang malas untuk melakukan aktivitas. Dipojok kota berdiri sebuah bangunan kuno dengn arsitektur Belanda, disitulah kami menginap bersama dengan 4 teman guru lainnya dalam kegiatan bimtek Fiksi dan Non fiksi, tepatnya dihotel Pelangi. Kami cek in hari jum’at kliwon pukul 13.00 wib. waktu yang kurang baik dalam perimbon jawa untuk melakukan aktivitas. Namun terpaksa aku lakukan mengingat teman-teman sudah lama menunggunya.
Sehabis melakukan registrasi dan menerima kunci kamar aku segera bergegas, mencari lorong menuju kamar tersebut, menaiki tangga menuju lantai dua, betapa kagetnya aku, baru ditangga kedua aku dikagetkan dengan sesosok wanita dengan baju kebaya jawa berwarna putih sambil menutup wajahnya dengan rambut yang terurai kedepan, berdiri dipinggir tangga sambil memegang dua anak laki-laki yang masih belia dengan pakaian hitam putih dan berdasi seakan mengucap selamat datang. Aku kaget, kuhentikan langkahku sambil melototkan mata menatap lebih jelas sosok perempuan tersebut. kusapa dia dengan senyum namun ia tetap diam, masih tetap tidak menampakkan wajahnya, tatkala aku panggil salam, seketika itu langsung menghilang, bulu kudukkku berdiri, jantung mulai berdetak tak karuan. Mas Huda teman sekamarku saat itu yang bareng bersamaku tidak menyadari apa yang terjadi saat itu. Aku mencoba turun dari tangga kuulangi lagi naik sambil mencari kemana sosok wanita yang menghilang itu, aroma mistik terasa menusuk pernafasanku. Aku sadar ada sesuatu yang aneh. Dengan pelan-pelan aku hitung langkahku menaiki tangga hotel , ternyata ada 6 anak tangga dibagian bawah dan 7 anak tangga dibagian atas semua berjumlah 13. Sementara teman teman yang lain mbak Shely, mbak Yuni dan mbak Sri mungkin telah menemukan kamarnya masing-masing.
Sesampai didalam kamar aku amati lingkungan kamar tanpa ada yang terlewatkan, lemari kamar aku buka lebar-lebar dengan lampu yang cukup terang, dalam hatiku berharap bisa bertemu dengan sosok wanita di tangga tadi, aku tambah penasaran. Waktu sholat pun tiba sejadah ku gelar untuk sholat ashar, Namun tak lama kemudian aku dikagetkan dengan ramainya langkah sepatu diluar kamar semua peserta sudah siap mengikuti acara pembukaan. Aku pun bersama Mas Huda bergegas menuju ruang pembukaan tepatnya di ball room Concordia Hall.
Suasana sangat ceria, sebagian peserta saling curhat sesama teman ada juga yang berselfi, maklum mereka mengenang saat-saat masih dibangku kuliah, sehabis acara pembukaan aku langsung masuk kamar, rasa penasaranku belum hilang, setiap kulangkahkan kakiku ditangga menuju kamar, wanita dengan kebaya jawa itu tak lagi menampakkan diri, malu atau bagaimana aku nggak mengerti, sampai akhirnya rasa penasaran itu kubawa dalam selimut tidurku.
Di Ruang yang cukup luas, dengan meja bundar tertata rapi nan indah, Aku sarapan bersama dengan teman-teman yang lain, sebelum mengikuti acara kegiatan, kami saling bercerita, bertukar pengalaman, membuat suasana semakin akrab, sampai akhirnya kegiatan bimtek pun dimulai. Semua peserta bergegas menuju ball room Concordia Hall. Dalam ruangan yang dihiasi dengan lampu-lampu yang romantis, kami memilih satu meja dengan teman-teman duta kabupaten Pamekasan. Aku sengaja duduk dipaling pinggir dekat jendela. Gemuruh petir sesekali memecahkan suasana di dalam ruangan itu. Ada yang aneh dari kebiasaan dihari kedua dibanding sebelumnya temanku mbak Yuni tidak seperti biasanya, diam….,
termenung…., sepertinya merahasiakan sesuatu. Kecurigaanku semakin kuat tatkala habis makan keesokan harinya siang kami sempat ngobrol bertiga, Mas Huda, Aku dan mbak Yuni diteras ruang makan, tiba-tiba mbak Yuni lari meninggalkan kami dengan dalih ditunggu teman diluar sana. Dimalam kedua aku tetep menggelar selimut untuk rebahan dilantai, sambil merangkai angka nomor kamarku dua dua tujuh yang berjumlah sebelas, namun tatkala nomor kamar dua dua sembilan aku rangkai ternyata jumlahnya tiga belas, orang menyebutnya angka sial, jum’at Kliwon, dalam pikiranku melayang pada sosok perempuan jawa yang ada ditangga hotel, aku kaget, ujung penaku macet kering seketika seperti tidak ada isinya, dari tiduran aku langsung duduk dikursi, kuhubungkan dengan jumlah anak tangga, dengan jam saat cek-in ketiganya sama ada diangka tiga belas, Kliwon jatuhnya ke Legi itulah isi kalender jawa. Legi artinya manis, siapakah yang dimaksud manis dikamar 229 itu ? Angka 229 adalah manipulasi dari angka 13 untuk mengelabuhi para tamu hotel, perimbun jawa mengelompokkan angka 13 sebagai angka sial. Sementara Mbak Yuni dan mbak Sri yang ada didalamnya. Aku lihat Mas Huda temanku sudah larut didunia mimpinya, sepertinya tak peduli apa yang sedang aku risaukan. Aku mencoba keluar kamar, duduk dikursi teras sambil menatap jauh lorong-lorong teras hotel malam itu. Udara dingin menusuk tulang belulangku, kuputuskan untuk kembali masuk kedalam kamar. Tat kala aku lagi termenung terdengar suara dahsyat, bantingan benda keras ke lantai sepertinya meja kursi yang jatuh, aku segera menempelkan telingaku ke lantai, suara cekikan leher disertai suara jeritan seorang perempuan dari kamar sebelah jelas terdengar ditelingaku, jeritan itu terdengar jelas sebanyak dua kali, lama kelamaan suara jeritan itu menghilang dan sunyi, lenyab bersama dinginnya malam. Aku mencoba menerawang malam yang dingin saat itu, sosok seorang wanita yang ada ditangga muncul, ternyata ia korban sebuah penyiksaan karena mempertahankan kehormatannya ia pun akhirnya dibunuh setelah kehormatannya terengut oleh seorang serdadu Jepang. Aku semakin penasaran keesokan harinya sehabis sholat subuh dari Masjid kudatangi kamar 229 yang tak lain adalah kamar nomor 13 itu untuk melihat apa yang terjadi semalaman. Mbak Sri menceritakannya semua yang dialaminya dengan rasa takut dan gemetar semua yang menimpa temannya itu, Selimut yang dipakai mbak Yuni bergoyang layaknya diterpa angin kencang, jeritan itu datang dari mulut mbak Yuni, mbak Yuni tertidur seperti orang kelelahan malam itu, ia baru bangun tepat jam 06 pagi, dia tidak menyadari roh gaib yang mana yang telah menempel pada dirinya semalam itu.
***
Kisah nyata ini ditulis sebagai warning bagi kita, bahwa Kamar No. 13 hampir disemua hotel tidak pernah ada, yang ada No. 12.a 12.b atau dengan angka 229.