TANJUNG JABUNG TIMUR-Dalam rangka mengurangi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Direktorat Mitigasi Bencana BNPB, menggandeng pemerintah daerah dan masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar, namun dengan melakukan inovasi pengelolaan lahan gambut yang dikenal sebagai mitigasi partisipatif karhutla yang mana pada kesempatan kali ini diadakan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) Jambi.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Tanjabtim dari sebelas kecamatan yang berada di Kab. Tanjabtim hanya satu yang tidak berpotensi karhutla yaitu kecamatan Kuala Jambi, sedangkan sepuluh kecamatan lainnya merupakan daerah berpotensi terjadi karhutla adalah kecamatan Muara Sabak Barat, kecamatan Muara Sabak Timur, kecamatan Dendang, kecamatan Rantau Rasau, kecamatan Berbak, kecamatan Mendahara Ulu, kecamatan Geragai, kecamatan Nipah Panjang, kecamatan Sadu dan kecamatan Mendahara.
Melihat kondisi tersebut, BNPB menilai perlu diadakannya edukasi pencegahan karhutla yang dikemas melalui kegiatan Sekolah Lapang Mitigasi Karhutla, kegiatan ini digelar di Desa Lagan Ulu Kab. Tanjabtim Jambi sejak tanggal 20 hingga 22 Oktober 2020, dengan jumlah peserta sebanyak dua puluh dua orang yang berasal dari lima Kelompok Tani yang berada di Kab. Tanjabtim dan BPBD Provinsi Jambi serta BPBD Kab. Tanjabtim.
Salah satu metode pengajaran yang digunakan kali ini adalah dengan metode Demplot. Demplot atau Demontration Plot adalah suatu metode penyuluhan pertanian kepada petani, dengan cara membuat lahan gambut percontohan, agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan.
Pada hari pertama peserta mendapatkan teori-teori yang disajikan oleh fasilitator Badan Restorasi Gambut (BRG) BPBD dan Dinas Pertanian serts UMKM setempat tentang pengetahuan lahan gambut, budidaya di lahan gambut, dan pemasaran produk hasil budidaya gambut.
Kemudian hari kedua, peserta diberikan teori dan praktik bagaimana memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia dari alam seperti buah pisang, buah pepaya, rerumputan, jerami dan lainnya untuk diolah menjadi pupuk tanpa harus membeli pupuk di pasaran. Pemanfaatan pupuk dari alam ini selain menekan biaya operasional, juga untuk menyuburkan tanah dan tumbuhan serta tidak memberikan dampak buruk bagi petani dibandingkan dengan menggunakan bahan kimia.
Adapun hari ketiga peserta mempraktikan metode Demplot dengan diberikan pelatihan bagaimana mengukur tingkat keasaman air dan tanah, ini berguna bagi para peserta untuk mengetahui cara mengolah tanah, jenis tumbuhan dan pupuk yang cocok pada lahan gambut mereka. Selain itu peserta diberikan pengetahuan bagaimana cara merawat tumbuhan dengan memberikan tambahan vitamin yang juga dibuat dari bahan-bahan alami yang mudah didapatkan sehari-hari agar menjadi produk yang unggul dan terhindar dari hama.
Sementara itu Johny Sumbung selaku Direktur Mitigasi Bencana BNPB yang hadir pada kegiatan ini menyampaikan, diharapkan kegiatan ini dapat bermanfaat dan sukses di lakukan oleh masyarakat Tanjabtim sehingga dapat dijadikan contoh bagi masyarakat di daerah lainnya.
“BNPB berharap program ini menjadi berhasil dilakukan oleh teman-teman dari komunitas tani di Tanjung Jabung Timur, sehingga menjadi pilot project bagi petani di daerah lain. Selain itu kegiatan ini dapat membuat para petani menjadi aman dikarenakan pupuk dan vitamin yang dibuat menggunakan bahan-bahan dari alam bukan bahan kimia,” jelas Johny.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi Penilaian Struktur Mitigasi BNPB Gita Yulianti Suwandi mengatakan, kegiatan ini tidak sebatas hanya memberikan edukasi kepada masyarakat saja, kedepannya BNPB, BPBD dan Badan Restorasi Gambut (BRG) akan terus mengawal kegiatan para petani dan akan memberikan evaluasi atas program mitigasi partisipatif ini.
“Setelah dilakukan pembekalan ini, BNPB bersama BPBD dan BRG akan melakukan pendampingan kepada para kelompok tani untuk membimbing dan berkonsultasi terkait mitigasi vegetatif karhutla,” ucap Gita saat menutup kegiatan Sekolah Lapang Mitigasi Karhutla, Kamis (22/10).
Saepul salah satu peserta yang merupakan tokoh masyarakat setempat menanggapi kegiatan ini dengan positif dan berharap bisa membantu pemerintah dalam mengurangi terjadinya karhutla.
“Mewakili peserta, saya mengucapkan terima kasih dan berharap hasil dari kegiatan ini dapat menjadi bekal kami untuk membantu pemerintah dalam melakukan pencegahan karhurla,” pungkas Saepul.
Program Sekolah Lapang Mitigasi Karhutla ini sebelumnya dilakukan di dua lokasi, yaitu Kab. Kubu raya Kalimantan Barat dan Kab. Balangangan Kalimantan Selatan, sementara saat ini sedang berlangsung di Kab. Tanjung Jabung Timur Jambi dan Kab. Pulang Pisau Kalimantan Tengah, serta rencananya akan dilakukan di dua lokasi berikutnya yaitu Kab. Pelalawan Riau dan Kab. Musi Banyuasin Sumatera Selatan pada November 2020.
Meskipun pandemi Covid-19 masih berlangsung, kegiatan ini tetap dijalankan tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah menyebarnya virus SARS-CoV-2, yaitu menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan pakai sabun atau cairan antiseptik.