SURABAYA, Beritalima.com|
Wisuda Universitas Airlangga (Unair) Periode 241 seyogianya menjadi momen paling membahagiakan bagi Erma Astuti Lay, wisudawan asal Fakultas Keperawatan (FKp) Unair. Namun takdir berkata lain, Jumat (16/2/2024) menjadi hari dimana Erma berpulang ke Rahmatullah akibat sakit yang diderita.
Sementara itu, cuaca cerah Surabaya ikut mewarnai wisuda yang berlangsung pada Sabtu (2/3/2024) di Airlangga Convention Center Kampus MERR-C Unair.
Cuaca yang cerah tersebut berselimut suasana haru saat nama Erma menggema di seluruh penjuru ruangan untuk menerima ijazah. Sang bibi yang bernama Mardiah Sya’ban menjadi sosok keluarga yang mewakili. Ijazah diserahkan langsung oleh Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih SE MT Ak.
Perjuangan Semasa Hidup
Mardiah mengatakan bahwa semasa hidup Erma merupakan keponakan yang baik. Bahkan ia terkenal memiliki semangat belajar yang tinggi.
“Semangat yang Erma miliki sangat tinggi, dia jauh-jauh datang dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Surabaya hanya untuk belajar,” katanya.
Tercatat, Erma merupakan mahasiswa jalur alih jenis FKp Unair. Ia juga merupakan peraih beasiswa dari Kementerian Kesehatan.
Tak lupa, Mardiah turut menyampaikan rasa terima kasih kepada Unair karena telah memberikan ruang bagi Erma untuk belajar. Mardiah berharap bahwa meski raga Erma telah tiada, tapi semangatnya dalam belajar bisa menjadi teladan bagi orang lain.
“Kami sekeluarga mengucapkan terima kasih karena telah menerima Erma dan memberikan kesempatan untuk belajar,” tuturnya.
Setali tiga uang dengan Mardiah, Maria Yanuaria Thein menceritakan bahwa sahabatnya merupakan sosok yang baik dan mandiri. Maya panggilan akrabnya mengungkapkan bahwa ia mengenal Erma sejak kuliah bersama di Poltekkes Kemenkes Kupang, mereka lulus bersama pada 2016.
“Erma itu orangnya mandiri dan tidak mau merepotkan orang lain. Sebisa mungkin dia kerjakan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain,” ungkapnya.
Maya yang juga merupakan wisudawan FKp Unair Periode 241 menambahkan bahwa Erma merupakan sosok yang sangat tekun dalam belajar. Hal ini terbukti saat Erma tengah mengandung anak keduanya, meski berbarengan dengan pengerjaan skripsi ia tetap bisa menyelesaikannya dengan baik.
“Erma itu orang yang disiplin saat mengerjakan skripsi, dia merupakan orang pertama yang berhasil menyelesaikan skripsi diantara teman seangkatan,” paparnya.
Kini momen-momen menghabiskan waktu bersama hanya menjadi kenangan yang akan abadi dalam benak Maya. Salah satu momen yang tak akan Maya lupakan saat Erma mengajaknya untuk melanjutkan pendidikan dan hijrah ke Surabaya.
“Saya kuliah di Unair diajak oleh Erma lalu kami pergi ke Surabaya dan tinggal satu rumah. Ketika ada yang ulang tahun akan selalu kami rayakan bersama dengan berkumpul dan makan-makan. Momen ini yang akan selalu dirindukan,” pungkasnya.(Yul)