HALTENG, beritaLima.com – kedua kalinya Bank Indonesia (BI) Perwakilan Maluku Utara (Malut) melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorendum of Understanding (MoU) dengan pemerintah kabupaten Halmahera Tengah (Halteng) tentang pembudidayaan klaster ikan laut.
Kegiatan ini dipusatkan di desa Loleo, Kecamatan Weda Selatan, Kabupaten Halmahera Tengah.
Penandatangan MoU ini sudah dilakukan kedua kalinya, yang sebelumnya BI melakukannya dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Untuk kali ini BI menggandeng Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah, DKP Provinsi Malut dan juga Dekan Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan Uiversitas Khairun Ternate.
Penandatanganan Mou ini bertujuan agar bagaimana kita dapat membuat klaster, kalster yang kita buat ini bersifat dari hulu ke hilir. kita berharap dengan begitu yang dipenakaran itu benihnya masih dari luar seperti Jakarta dan Ambon, maka kedepannya itu kita berharap benihnya nanti disediakan oleh dari Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Khairun, kata Kepala BI Perwakilan Malut Dwi Tugas Waluyanto.
“Jadi hulunya kita benahi, benih-benih itu kedepannya kita berharap disediakan di Malut sendiri. juga bisa beradaptasi dengan lingkungan lebih baik, kemudian tingkat mortalitasnya (tingkat kematian) menjadi lebih rendah. Kemudian untuk budidaya sudah dilakukan oleh para nelayan, kemudian para nelayan ini didampingi dari tim BI dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unkhair paling tidak untuk sebulan sekali melakukan monitoring sekaligus memberikan batuan teknis kalau ada masalah,” jelasnya. akunya.
Katakanlah misalnya ada yang kena jamur, maka secara teknis teman-teman dari Unkhair Ternate yang menanganinya dan harus kita benahi. “Kemudian setelah budidaya berhasil, setelah itu kita hatur berpikir bagaimana ketika sudah panen (pasca panennya) mengolah dan memasarkan, untuk mengolah kedepannya kita akan lakukan pelatihan terhadap ibu-ibu. sehingga nanti bapak-bapak membudidayakan ikan, ibu-ibunya bisa mengolah hasilnya.” Ungkapnya.
Bahkan Olahannya bisa menjadi naget, krupuk, pilus dan mungkin bisa menjadi produk makanan oleh-oleh khas Halteng, dan kalau diperlukan ahli dari luar maka kita akan datangkan untuk melatih ibu-ibu.
Kemudian yang terakhir yaitu pemasaran, pemasaran itu sangat penting walaupun produknya bagus akan tetapi pemasarannya tidak tahu kemana itu juga akan menjadi masalah, tandasnya.
Seperti yang kita ketahui pusat konsumsinya Maluku Utara itu ada di Kota Ternate, dan gejolak harga juga terjadi di Ternate. Maka kita berharap nanti ada kerjasama antar Pemerintah Daerah Halteng dengan Pemkot ternate adaupun dengan daerah lain yang menjadi pusat konsumsi, nanti ketika kebutuhan Ternate ataupun Tidore harga ikan tinggi akan dipenuhi dari sini. “Kalau di Malut sudah terpenuhi barulah kita berpikir untuk pemasaran keluar, mungkin kita lakukan bertahap dengan benahi dulu hulunya, ditengah-tengahnya kemudian barulah di hilirnya,” tutupnya Dwi. (@udi/tim)