MPR RI: Pemerintah Harus Lakukan Hal Kongkrit Rawat Keberagaman Bangsa Indonesia

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Pemerintah dan masyarakat Indonesia harus melakukan hal-hal yang kongrit dalam merawat keberagaman yang ada di tanah air. Soalnya, ancaman bangsa Indonesia ke depan adalah masalah intoleran yang berkembang di tanah air belakangan ini.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam diskusi Empat Pilar MPR RI dengan tema ‘Peran Wanita Dalam Membangun Semangat Kebangsaan yang digelar Biro Humas dan Pemberitaan MPR RI bekerjasama dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen secara tatap muka dan virtual di Press Room Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (4/12) petang.

Selain Lestari, politikus Nasional Demokrat (Nasdem) dari Dapil II Provinsi Jawa Tengah tersebut juga tampil sebagai pembicara I Gusti Ayu Bintang Puspayoga diwakili I.G Agung Putri Astrid Kartika (Staf Khusus Menteri PPPA), Zannuba Arifah Chafsoh Abdurrahman Wahid yang lebih dikenal dengan panggilan Yenny Wahid (Direktur Wahid Foundation).

Menurut Lestari Moerdijat, ancaman serius saat ini dan 10 tahun ke depan adalah masih intoleransi. Banyak peristiwa dengan mengatasnamakan agama tiba-tiba muncul yang membuat masyarakat terkejut. Karena itu, mulai saat ini pemerintah dan masyarakat harus melakukan hal-hal yang konkrit dalam merawat keberagaman bangsa ini.

“Itu ancaman yang sangat serius karena sudah menjadi ideologi sebagian masyarakat dengan mendirikan negara khilafahnya. Padahal, berdirinya negara ini atas dasar kesepakatan founding fathers dengan ideologi Pancasila, dan kesadaran itu sudah berkembang sejak 1908, 1928, dimana para pemuda dari berbagai agama, suku, bangsa dan golongan sudah bersatu untuk berdirinya sebuah negara bernama Indonesia ini.

Dengan begitu, negara ini terbentuk sudah memiliki berbagai macam keunikan dari berbagai multietnis dan agama.Tapi, tanpa kita sadari tiba-tiba setelah sekian puluh tahun kemudian kita terkaget-kaget karena tiba-tiba keberagaman ini jadi masalah, keunikan multi etnis yang satu sisi itu seharusnya merupakan sebuah kekayaan tiba-tiba menjadi masalah besar karena saya sendiri tidak tahu berasal dari mana kita harus menyadari bahwa ini sebagai ancaman yang serius.

Bahkan, kata peneliti dari LIPI, Cahyo Pamungkas menyebutkan dalam 10 tahun ke depan Indonesia ini akan menghadapi masalah yang luar biasa terkait dengan intoleransi, yang paling besar adalah intoleransi atas masalah yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan serta tidak juga boleh dinafikan masalah yang berhubungan dengan separatisme.

Karena itu, harus ada langkah-langkah konkrit dan langkah-langkah masif yang dilakukan MPR sebagai rumah kebangsaan dan kawan-kawan semua yang bagian dari MPR dan para jurnalis yang ada di press room ini harus menjadi garda terdepan untuk bisa menyuarakan kembali nilai-nilai kebangsaan dan bagaimana kita bisa merajut dengan baik.

Sesungguhnya perempuan itu bisa memainkan peran yang sangat penting dalam masyarakat yang heterogen meskipun kita memang masih menganut budaya patrialis tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan itu memegang peranan yang sangat penting di dalam tatanan warga di Indonesia.

Sejarah besar perempuan-perempuan yang luar biasa mulai dari Laksamana Malahayati kemudian tokoh-tokoh perempuan setelah itu ada Ratu Kalinyamat ada Martha Christina Tiahahu ada Cut Nyak Dien ada Dewi Sartika sampai dengan perempuan perempuan modern.
Dan ini juga sebentar lagi Hari Ibu yang banyak sekali pejuang-pejuang perempuan yang meletakkan dasar-dasar. Bagaimana perempuan mengambil peran dalam mengawal kebangsaan, tutur Lestari Moerdijat.

Sedangkan Yenny Wahid menyinggung bahwa Islam melalui Nabi Muhammad SAW sudah melakukan revolusi mental, bahwa lelaki dan perempuan itu memiliki hak yang sama dan yang paling mulia diantara mereka adalah yang paling bertakwa.
“Yang membuat berbeda adalah konstruksi sosial buatan manusia sendiri dengan segala aturan mainnya, tuturnya.

Sementara itu Menteri PPA mengatakan bahwa hari ibu 22 Desember nanti tak saja dimaknai sebagai sebagai hari ibu melainkan sebagai ibu pejuang bangsa. Negara telah memberikan peran dan hak yang sama sehingga sekarang banyak perempuan yang menjadi politisi, pengusaha, kelompok profesional, dan berparisipasi aktif mewujudkan Indonesia yang maju dan kuat.

Menjaga nilai-nilai luhur Pancasila dalam masyarakat bahwa perempuan itu kunci kesejahteraan keluarga, pelindung keluarga, penopang ekonomi, baik di kota maupun desa tanpoa memandang SARA. Seperti seekor burung yang terbang, tak boleh satu sayap patah, karena akan gagal dalam terbangnya. Sekecil apapun kalau bersama-sama dampaknya akan luar biasa, tutur I.G Agung Putri Astrid Kartika. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait