Muhammadiyah Disaster Management Centre Dampingi Warga Terdampak Bencana di Sumatera

  • Whatsapp
Tim MDMC saay emberikan bantuan layanan kesehatan bagi warga terdampak bencana Sumatera (foto: MDMC)

Jakarta, beritalima.com| – Muhammadiyah Disater Management Centre atau MDMC hadir cepat memberi bantuan dan pendampingan bagi warga terdampak bencana di Sumatera. “Yang pertama kita hadir saat musibah banjir di Sumbar pada 22 November, langsung teman-teman MDMC Sumbar melakukan kegiatan pengelolaan kebencanaan,” ujar Budi Setiawan ST, Ketua MDMC kepada beritalima (14/12).

Seiring perkembangan, ternyata bencana banjir dan longsor juga menimpa daerah Aceh dan Sumut. “Kita langsung aktifkan teman-teman MDMC di Aceh dan Sumut juga,” ujar Budi. MDMC langsung berkoloborasi dengan lembaga serupa lainnya di daerah maupun Pusat untuk melakukan tanggap darurat.

Saat itu, tambah Budi, di Aceh dan Sumut agak sulit untuk ditembus MDMC ke lapangan. Oleh karenanya, disamping berkonsolidasi, juga memanggil jaringan MDMC di daerah lainnya (Riau, Bengkulu, Sumsel dan Lampung) yang siap untuk diterjunkan ke tiga provinsi Sumatera.

Lalu, tim MDMC di Jawa pun disiagakan, seperti di Jabar, Yogyakarta, Jateng dan Jatim. “Kami langsung mempersiapkan tim SAR, Kesehatan, Psikososial dan logistik. Dan diukung oleh Rumah Sait Muhamadiyah yang ada di Jakarta, Jabar, Jateng, Daerah Istimew Yogyakarta (DIY) dan Jatim. Alhamdulilah mereka semua sudah berada di lokasi bencana,” jelas ayah dari empat anak ini.

Kini, Tim MDMC DIY ada di Aceh, Jatim ada di Sumut, sebagian dari Jabar di Sumbar. Bantuan pertama yang dikirim Tim MDMC adalah penyelematan, pencarian korban, serta Kesehatan dari tim Rumah Sakit Muhammadiyah saling berbagi tugas. Lalu disusul tim bantuan logistik semampunya dibawa untuk dibagikan warga terdampak bencana.

Disamping itu, MDMC mendirikan sejumlah pos pelayanan dan koordinasi. Pos Koordinasi berada di ibukota Provinsi dan pos pelayanan di titik krusial dimana warga membutuhkan. Seiring parahnya kerusakan yang terjadi purna bencana, maka MDMC memperkuat koodrinasi dengan BPBD dan BNPB, untuk menunggu rencana pembanguna Huntara (hunian sementara), baik sifatnya darurat atau sementara guna menampung pengungsi.

Berikutnya, MDMC turut memikirkan pelayanan sekolah darurat. “Karena Pendidikan tidak boleh berhenti. Oleh karena itu kami bekerjasama dengan Kemendikdasmen (Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah) untuk mengaktifkan sekolah darurat,” terang Budi yang pernah menjadi Sekjen Pemuda Muhamadiyah Yogyakarta.

MDMC sendiri, mengikuti jejak induk organisasi Muhammadiyah sejak berdirnya pada 1912, dengan prinsip semangat membantu orang lain. Pada 1919, misalnya, saat ada gunung meletus di Jawa Timur, Muhammadiyah telah turun membantu masyarakat terdampak, dan masih banyak kiprah sosial dilakukan organisasi keagamaan Islam yang didirikan Ahmad Dahlan ini.

“Puncaknya pada 2004 saat terjadi Tsunami di Aceh, Muhammadiyah melakukan gerakan bantuan luar biasa selama setahun di Aceh. Lalu 2006 Gempa di Yogya, 2007 Gempa di Padang. Kesadaran itu membutuhkan, Muhammidyah tak bisa lagi membantu secara ad hoc,” kisah Budi. Dan, pada 2010 MDMC dikukuhkan sebagai bagian dari Perserikatan Muhammadiyah dengan nama Lembaga Penanggulangan Bencana (LBP). Pada 2022 LPB diganti menjadi Lembaga Resiliensi Bencana namun dengan branding MDMC.

Kini, MDMC punya beberapa unit kerja, diantaranya Mitigasi dan Kesiapsiagaan, Tanggap Darurat dan Rekonstruksi, Pendidikan dan Latihan serta Emergency Medical Team/EMT. Unit yang terakhir ini, pada 2025 telah menerima sertifikat dari WHO (EMT secara internasional sah melakukan respon cepat di seluruh dunia apabila dibutuhkan).

Jurnalis: abri/dedy

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait