JAKARTA, Beritalima.com– Program gerakan satu juta kompor listrik yang dicanangkan Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rangka konversi Liquified Petroleum Gas (LPG) ke listrik adalah gerakan instant dan komplementatif.
Anggota Komisi VII DPR RI membidangi Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Teknologi Ilmu Pengetahuan (Iptek) serta Lingkuan Hidup (LH), Dr H Mulyanto kepada awak media, Senin (5/4) mengatakan, tujuan utama program ini cukup baik. Sifatnya hanya jangka pendek dan komplementatif.
Wakil rakyat Dapil III Provinsi Banten ini menilai, konversi LPG menjadi listrik atau sumber energi lain sangat bagus dalam mengurangi impor LPG dan defisit transaksi berjalan perdagangan Migas. Selama ini komoditas LPG dan BBM menjadi biang keladi defisit transaksi migas kita. “Jadi, gerakan satu juta unit kompor listrik di tengah surplus listrik 30 persen ini cukup bagus.”
Namun, untuk jangka panjang konversi LPG dengan listrik tidak efisien karena siklus atau rantai konversi energi dari sumber primer menjadi listrik lalu digunakan untuk kompor listrik sangat panjang. Digambarkan, siklus produksi gas alam menjadi listrik cukup panjang. Dari PLTG gas alam dibakar menghasilkan panas untuk memanaskan tungku air agar menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin.
Gerakan turbin ini digunakan untuk menghasilkan listrik. Dari pembangkit listrik ditransmisi dan didistribusikan ke rumah tangga. Baru listrik diubah menjadi panas kembali untuk memasak melalui kompor listrik. “Siklusnya mencapai 5 rantai. Panjang dan terjadi inefisiensi di setiap rantai. Bila kita mengkonversi LPG dengan menggunakan gas alam, rantai konversi energi hanya sekali, yakni dari gas alam langsung dibakar menghasilkan panas.”
Karena itu PKS meminta Pemerintah untuk lebih menggesa konversi LPG dengan gas alam. Mulyanto menyayangkan program jargas (jaringan gas) rumah tangga ini berjalan lambat dan tidak jelas roadmapnya. Bahkan soal ini telah menjadi temuan BPK pada pemeriksaan mutakhir.
Untuk itu Mulyanto mendesak pemerintah mempercepat pembangunan jaringan gas (jargas) nasional sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
“Target pemerintah di 2024 adalah 4 juta Sambungan Rumah Tangga (SR) jargas. Realisasinya sampai 2020, baru 660.000 SR atau 16.5 persen. Ini kan Masih sangat jauh, padahal waktu yang tersisa tinggal 3 tahun lagi,” demikian Dr H Mulyanto. (akhir)