Mulyanto: Pemerintahan Jokowi Perlu Dorong Moderenisasi Alutsista

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Insiden karamnya KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali sepatutnya mendorong Pemerintah melakukan modernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista). Pemerintah juga perlu mengoptimalkan peran dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dan BUMN Pertahanan mendukung program modernisasi alutsista.

Meski hasil investigasi komprehensif karamnya KRI Nanggala 402 belum keluar tetapi fakta obyektif menunjukan kemampuan alutsista Indonesia jauh tertinggal baik jumlah maupun kualitas. Banyak alutsista yang ada sekarang sudah berumur melebihi dari jangka waktu efektif penggunaan yang ditentukan.

Itu dikatakan anggota Komisi VII DPR RI membidangi Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Ilmu Pengetahuan&Teknologi (Iptek) serta Lingkungan Hidup (LH), Dr H Mulyanto dalam keterangan tertulis yang diterima awak media, Rabu (29/4).

Untuk itu, Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bidang Industri dan Pembangunan tersebut mendorong Menristek, sebagai anggota Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) menginisiasi perumusan ulang kebijakan pengembangan industri pertahanan nasional.
Ini perlu dilakukan dalam rangka memperbaharui alutsista nasional agar memenuhi batas minimum kemampuan (Minimum Essential Force/MEF).
“Hasil produksi industri pertahanan kita, baik Pindad maupun PAL tidak kalah dengan produk impor. Bahkan kerap kali produk Pindad menjadi juara dalam berbagai perlombaan penggunaan senjata.”

Artinya, kualitas produk industri Hankam Indonesia ini sudah sangat baik. “Yang dibutuhkan adalah political will dan dukungan kebijakan Pemerintah, agar ‘jam terbang’ produksi industri Hankam itu semakin tinggi, sehingga menghasilkan produk inovasi hankam yang berdaya saing tinggi,” ujar dia.

Ditambahkan, hasil riset dan pengembangan Hankam, baik yang dilakukan lembaga riset dan industri Hankam perlu disempurnakan dan diproduksi secara domestik. “Pelaksanaannya tentu saja pada saat keuangan negara sudah membaik. Masak semangatnya kalah dengan jama’ah Masjid Jogokaryan, Yogyakarta,” sindir Mulyanto.

Karena itu, Mulyanto berharap, ke depan melalui review kebijakan industri pertahanan nasional secara seksama, dapat didorong kebijakan anggaran yang kondusif untuk produksi alutsista nasional secara domestik tersebut.

Untuk diketahui KRI Nanggala 402 adalah kapal selam bermotor diesel-listrik tipe U-209 buatan Jerman, yang berusia mencapai 44 tahun. Padahal normalnya operasi kapal selam 25-30 tahun. Karenanya memerlukan perawatan yang intensif.

Alutsista lain diperkirakan punya usia dan model perawatan yang serupa. Karena itu pertimbangan untuk mereview kebijakan alutsisata dan industri pertahanan nasional menjadi penting dilakukan dalam rangka membangun sistem pertahanan dan keamanan nasional yang tangguh.

Diberitakan sebelumnya, KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang, Rabu (22/4). Dalam pencarian, ditemukan barang yang diyakini milik Nanggala-402 sekitar dua mil dari posisi KRI Nanggala 402 menyelam.

Konfirmasi itu berhasil dilakukan melalui pemindaian menggunakan multibeam sonar dan magnetometer serta Remote Operation Vehicle (ROV) milik kapal Singapura MV Swift Rescue, yang diturunkan ke lokasi di kedalaman 830 meter di utara perairan Bali. Melalui visualisasi menggunakan kamera itu diperoleh citra bawah air yang lebih detail. Terlihat KRI Nanggala-402 terbelah menjadi 3 bagian. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait