Mulyanto: Pemerintahan Jokowi Tidak Serius Implementasikan EBT

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Sidang Paripurna Dewan Energi Nasional (DEN) yang dipimpin Presiden Jokowi memutuskan, Pemerintah mempercepat realisasi target bauran listrik dari sumber Energi Baru Terbarukan (EBT). Sidang juga menetapkan akan menjadikan energi surya sebagai sumber energi utama pengembangan EBT.

Anggota Komisi VII DPR RI, Dr H Mulyanto menyambut baik putusan itu. Dan, keputusan ini dinilai langkah tepat karena sumber energi surya di Indonesia sangat melimpah. Selain itu harga listrik dari energi surya semakin kompetitif.

Untuk itu, Mulyanto mendorong Pemerintah konsisten melaksanakan rencana itu. “Jangan sampai putusan DEN itu hanya sekedar rencana, sedangkan pelaksanaannya sama seperti masa sebelumnya. “Selama ini, Pemerintah terlihat kurang serius dalam implementasinya. Terkesan business as usual,” kata Mulyanto di Jakarta, Rabu (21/4).

Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI bidang Industri dan Pembangunan itu mencatat sedikitnya ada dua hal yang perlu diperhatikan Pemerintah dalam mewujudkan target bauran EBT. Pertama, soal regulasi yang kondusif. Kedua, soal lokus pembangunan EBT.

Menurut wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Banten ini, Pemerintah harus mendukung penuh masyarakat yang proaktif berpartisipasi dalam program penggunaan listrik dari sumber EBT, baik perizinan maupun regulasi.

Dalam jangka pendek mestinya Pemerintah melonggarkan alur dan syarat perizinan agar pihak swasta tertarik menggunakan EBT. “Jangan sampai izin berlarut-larut bahkan sampai lebih dari 6 bulan. Ini bisa membuat swasta maju-mundur,” ujar Mulyanto.

Selanjutnya, politisi senior ini mengatakan, Pemerintah perlu menata ulang skema dan besaran biaya ekspor-impor listrik EBT, khususnya dari sumber tenaga surya. “Sekarang proporsinya 1: 0,65. Dengan alasan perlu angka 0,35 atau 35 persen sebagai biaya dari PLN untuk menjalankan proses ini. Artinya, masih ada beban 35 persen dari tarif yang dikenakan kepada masyarakat oleh PLN. Seharusnya beban itu dihilangkan, sehingga proporsi ekspor-empor listrik dari dan ke PLN menjadi 1:1.”

Mulyanto pesimis target bauran EBT 23 persen di 2025 akan tercapai bila Pemerintah masih bertindak bisnis as usual atau terkesan ogah-ogahan.
Karena itu, perlu gebrakan dan progam-program inovatif dalam mendorong partisipasi sektor swasta dalam penerapan EBT ini.

Ditegaskan, PLTS sangat prospektif. Selain harga kompetitif juga sangat fleksibel untuk dipasang di atap rumah-rumah masyarakat. Apalagi lokusnya untuk daerah-daerah yang masih belum teraliri listrik, karena jauh dari transmisi listrik. Atau pada daerah yang masih menggunakan listrik dari sumber BBM impor.

“Program ini dapat meningkatkan kontribusi listrik EBT, elektrifikasi menuju 100% dan reduksi BBM impor sekaligus. Jadi Pemerintah jangan ragu-ragu untuk memberikan insentif,” tandas Mulyanto.

Untuk diketahui, Indonesia punya harta karun sumber energi surya yang sangat besar, karena sebagai negara yang dilalui Khatulistiwa, dimana matahari bersinar sepanjang waktu.

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi itu mencapai lebih dari 200 GW. Sementara sampai 2020, pemanfataan listrik dari sumber energi ini baru mencapai 150 MW atau 0,07 persen. Itu jumlah yang sangat kecil.

PLTS punya keunggulan dari segi fleksibilitas lokasi pembangkit. Tidak seperti sumber energi lain yang sangat rigid terkait lokasi pembangkitnya. Bahkan panel listrik energi surya ini dapat dipasang di atas atap rumah atau kantor. Dan yang utama, karena perkembangan teknologi harga energi surya terus turun dan semakin kompetitif.  Pada 2013 harga listrik tenaga surya 20 sen dolar (per kWh).

Lima tahun terakhir harganya menurun sampai 10 sen. Hari ini PLTS Apung di Cirata harganya 5,8 sen dolar (per kWh). Bahkan, diinformasikan ada calon investor yang berminat untuk investasi pembangunan PLTS di Tanah Air dengan harga listrik hanya 4 sen dolar per kWh.  Di beberapa negara ASEAN harga listrik dari PLTS ini bisa mencapai 1.7 sen/kWh. Jauh lebih murah dari listrik PLTU. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait