Mulyanto Setuju Energi Nuklir Masuk Energi Baru Terbarukan

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi VII DPR RI yang membidangi Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Dr H Mulyanto setuju energi nuklir masuk dalam kelompok energi baru dalam RUU Energi Baru Terbarukan (EBT).

Menurut pemegang gelar Doktor bidang Teknik Nuklir Tokyo Institute of Technology (Tokodai), Jepang tersebut, ke depan sangat penting bagi Indonesia memiliki kemampuan membangkitkan listrik dari sumber energi nuklir ini. Dia menyebutkan ide ini sama sekali tak ada kaitannya dengan rencana Australia bersama Ingggris dan AS membentuk pakta pertahanan bersama dan membangun kapal selam nuklir.

 

“Rencana go nuclear Indonesia dan RUU EBT ini sama sekali bukan untuk merespons rencana Australia membangun kapal selam nuklir. Ini murni aspirasi dari beberapa daerah dan sudah lama didiskusikan termasuk uji kelayakannya,” kata Mulyanto kepada Beritalima.com, Selasa (21/9).
Selain itu, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) murni untuk tujuan damai, tidak untuk pertahanan keamanan.

Sebab, selain karena stabilitasnya yang tinggi, cocok untuk beban dasar (base load), pembangkit listrik dari sumber nuklir (PLTN) ini diminati beberapa daerah dan diperkirakan sumber bahan bakarnya tersedia.

Politisi senior Partai Keadilan Sejahtera ini menambahkan, pembangunan pembangkit nuklir sangat tepat bila dikombinasikan dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang bersifat intermitten, sehingga bisa saling melengkapi.

Menurut wakil rakyat dari Dapil III Provinsi Banten tersebut, sampai hari ini Indonesia sudah berpengalaman dalam mengoperasikan 3 reaktor nuklir, yakni Reaktor GA Siwabesy 30 MW (panas) di Puspiptek Serpong, Banten; Reaktor Bandung 1 MW (panas) di Bandung; dan Reaktor Kartini 250 kW (panas) di Yogyakarta.

 

Sumber Daya Manusia (SDM) operatornya dididik dan dilatih baik melalui kerjasama perguruan tinggi UI, ITB dan UGM juga dalam Sekolah Tinggi Teknik Nuklir (STTN), yang sebelumnya dikelola oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).

Dengan SDM dan pengalaman operasional reaktor nuklir yang puluhan tahun, menjadi modal penting bagi Indonesia untuk go nuclear. Dan langkah ini akan semakin mengokohkan kemampuan dan penguasaan di bidang energi nuklir oleh putra-putri Indonesia.

“Jadi memang program nuklir Indonesia ini tidak ada hubungannya dengan rencana pembangunan kapal selam nuklir oleh Australia tersebut,” tandas mantan peneliti di Batan tersebut.

Untuk diketahui, Australia mengumumkan rencananya untuk membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir di bawah kemitraan keamanan Indo-Pasifik dengan Amerika dan Inggris.

Australia sebelumnya akan menggunakan kapal selam diesel Prancis. Kedua negara telah menandatangani kontrak 14 kapal selam dengan nilai total $40 miliar.

Namun akhirnya membatalkan kesepakatan tersebut dan memilih bekerjasama dengan Amerika.

Pembangunan direncanakan dilakukan di Adelaide, wilayah pesisir selatan Australia.

Selain Perancis, Cina, Korea Utara dan Malaysia bereaksi negatif dengan rencana tersebut. Indonesia sendiri bersikap hati-hati, karena belum tahu pasti tujuan Australia tersebut.
(akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait