SURABAYA, Beritalima.com|
Belum lama ini, santer terdengar kabar perusahaan teknologi saling berlomba untuk mengembangkan Metaverse. Dunia realitas virtual yang menawarkan interaksi antarpengguna menggunakan avatar ini justru memunculkan kekhawatiran berbagai pihak akan dampak-dampaknya terhadap kehidupan manusia di masa yang akan datang.
Mengenai salah satu kemajuan dari perkembangan teknologi itu, dosen di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Dr. Rahkman Ardi memberikan tanggapan.
“Kalau kita mengatakan bagaimana sisi positif dan negatifnya, itu ada dalam setiap tools dan teknologi. Nanti akan kita lihat seperti apa di masa depan walaupun mungkin kita bisa memprediksikannya mulai sekarang,” paparnya, Kamis (30/12/2021).
Sisi positif dari Metaverse ini, adalah orang-orang akan semakin terhubung dan dapat memanfaatkan peluang-peluang baru. Namun, hal ini pula akan menyebabkan seseorang semakin tenggelam dalam ruang virtual untuk mewujudkan diri ideal yang tidak terpuaskan dalam dunia nyata. Dengan kata lain, batas antara realitas asli dan realitas virtual akan semakin kabur.
Perlu Waspada. Pakar psikologi ruang maya itu menuturkan bahwa meskipun teknologi Metaverse masih berupa gagasan, terdapat beberapa hal yang perlu diwaspadai masyarakat untuk menyongsong gagasan dunia futuristik ini. Salah satunya adalah terkait kesiapan masyarakat.
“Yang perlu diwaspadai adalah ketika kita tidak mempersiapkan generasi-generasi muda untuk bisa berada dalam dunia yang sudah saling terhubung dengan realitas virtual,” papar Dr. Ardi.
Hal ini dapat kita refleksikan dari penggunaan internet sekarang ini di mana masyarakat kurang memiliki literasi sejak dini. Walhasil, banyak perilaku warganet yang cenderung tidak mengutamakan etika atau mengganggu.
“Tiap masa depan yang pasti memiliki tantangan zamannya sendiri. Ketika kita tidak mempersiapkan hal ini, itulah yang harus kita waspadai,” tegas Dr. Ardi.
Dr. Ardi menambahkan bahwa salah satu hal penting yang perlu dipersiapkan menyangkut adanya gagasan Metaverse adalah literasi masyarakat Indonesia.
“Literasi ini adalah bagaimana kemudian orang-orang tahu cara kerja yang ada dalam dunia Metaverse. Kedua, mengetahui logika teknologi yang ada dalam Metaverse akan berdampak dalam kehidupannya,” ungkapnya.
Selain itu, kesadaran digital dan kemampuan berpikir kritis ketika menghadapi teknologi juga menjadi hal yang perlu untuk disiapkan. Perkembangan teknologi tentu akan memanjakan banyak orang, namun ia seperti dua sisi mata uang yang bisa dilihat baik dan buruk. Untuk meminimalisir risiko dan kerugian yang akan dihadapi penggunanya, upaya preventif untuk mempersiapkan mentalitas manusia sangat dibutuhkan. (Yul)