Muncul Virus Varian Eta (B.1.525), lebih bahaya dari Delta, “Immune Booster” terbukti efektif untuk penyembuhan

  • Whatsapp
Kepala BNPT Komjen Pol Komjen Boy Rafli Amar Suntik immun booster di klinik Tftt-Biotech

Jakarta, Pekan ini angka pasien positif terdampak virus varian baru terus meningkat tajam, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan mencatat sudah ada 553 kasus mutasi virus SARS-CoV-2 dari enam jenis varian covid-19 yang teridentifikasi di Indonesia, salah satunya virus corona varian Eta. Data tersebut merupakan pemutakhiran per 6 Juli 2021.

Menurut pengamat kebijakan Publik Wibisono mengatakan bahwa terdapat ratusan temuan varian yang sudah diidentifikasi di Indonesia, berdasarkan hasil Whole Genome Sequence (WGS) dari 2.590 spesimen,jika dirinci, varian virus itu yakni B117 Alfa, B1351 Beta, dan B1617 Delta. Rinciannya, 51 kasus Alfa B117, 57 kasus Beta B1351, 436 kasus Delta B1617.2. Kemudian 2 kasus Iota B1526, 5 Eta B1525, dan 2 Kappa B1617.1.

Lanjut wibi, yang terbaru adalah varian Eta, beberapa fakta dari mutasi virus corona jenis Eta atau B.1.525, varian baru ini sangat mudah menular dan sangat ganas.

“Selama ini jenis virus varian baru delta dan Eta sudah saya temui pada pasien yang berobat ke klinik Tftt-Biotech, dan mereka ada keluhan sesak nafas dan lambung, kita suntik immune booster berturut turut 3x sudah sembuh,” ujar Wibisono yg juga founder dari Tftt-Biotech menyatakan keawak media di Jakarta Sabtu (10/07/2021).

Sedangkan varian ini masuk kategori Variant of Concern Balitbangkes menyebut sebanyak 544 kasus mutasi virus SarS-CoV-2 di Indonesia, dan virus eta merupakan virus yang masuk kategori variants of interest (VOI) atau merupakan salah satu virus yang menyebabkan penularan berdasarkan situs Badan Kesehatan Dunia (WHO), imbuhnya.

Selanjutnya, Mutasi dari EeK atau E484K Mutasi baru virus corona dikenal dengan nama E484K atau “Eek”. Eta merupakan mutasi dari E484K, seperti seperti P.2 (Zeta), P.1 (Gamma), dan B.1.351 (Beta) dan hanya beberapa strain B.1.526 (Iota) dan B.1.1.7 (Alfa).

Di samping itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC menyebut varian eta pertama kali terdeteksi di Inggris atau Nigeria, Afrika Barat sejak Desember 2020.

Tercatat menyebar di 70 negara Berdasarkan data yang dihimpun dari institusi yang dibuat oleh Pemerintah Jerman untuk mempelajari data genetika virus, GISAID menunjukkan bahwa varian eta telah tersebar di beberapa negara, yang terbanyak ialah Kanada dengan total 1.415 kasus.

Selain itu varian eta juga tersebar di 70 negara, di antaranya Amerika Serikat sebanyak 1.190 kasus, Jerman 738 kasus, Prancis 691 kasus hingga menyebar ke Denmark, Inggris, Italia, Nigeria dan Spanyol.

Sedangkan di Asia, tercatat ada beberapa negara yang sudah tersebar varian ini. India menjadi negara yang terbanyak menemukan kasus varian eta, yakni 226 kasus, disusul Bangladesh, Jepang, Singapura dan Filipina.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait