Semarang, beritalima.com| – Museum Kereta Api Ambarawa dan Lawang Sewu di Semarang (Jawa Tengah), saat musim libur tiba, masih menjadi primadona wisatawan yang berkunjung. Dulunya merupakan Stasiun Willem I yang aktif pada lintas Ambarawa – Kedungjati, lalu berubah menjadi museum yang menyimpan berbagai koleksi lokomotif uap dan peralatan perkeretaapian dari masa ke masa.
Diresmikan sebagai museum oleh Gubernur Jawa Tengah pada 1976, menawarkan pengalaman unik bagi pengunjung. “Di Museum Ambarawa, pengunjung dapat melihat langsung bagaimana teknologi perkeretaapian berkembang. Lebih dari itu, mereka juga bisa merasakan sensasi menaiki kereta api wisata dengan rute Ambarawa menuju Tuntang, melintasi indahnya kawasan Rawa Pening,” ujar Anne Purba, Vice President Public Relations KAI.
Antusiasme masyarakat ke Museum Ambarawa terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Tercatat, pada 2023 museum ini dikunjungi oleh 157.790 orang, meningkat menjadi 161.395 wisatawan pada 2024 dan berlanjut di 2025, di mana dalam empat bulan pertama telah tercatat 53.005 kunjungan.
Pada Minggu (11/5), total pengunjung di Museum Ambarawa sejumlah 1.764 orang, meningkat dua kali lipat dibanding hari biasa dimana jumlah kunjungan tertingginya sebanyak 850 orang. Hal ini menunjukkan Museum Ambarawa merupakan salah satu destinasi wisata edukatif pilihan, terlebih dengan beroperasinya kereta wisata dari Ambarawa ke Tuntang pada akhir pekan.
Sedangkan Lawang Sewu, dahulu saat awal mula dibangun digunakan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Lawang Sewu kemudian beralih fungsi setelah kemerdekaan Indonesia dan sempat menjadi kantor Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) serta markas Kodam IV Diponegoro.
Setelah kepemilikannya dikembalikan ke KAI (1994) dan kemudian dilakukan proses pemugaran mulai 2009, Lawang Sewu kembali dibuka untuk umum pada 2011 sebagai destinasi wisata. Pada 2024, Lawang Sewu mencatat kunjungan sebanyak 639.091 wisatawan, dan pada periode Januari hingga April 2025, telah dikunjungi oleh 197.813 orang.
“Lawang Sewu tidak hanya menawarkan kemegahan arsitektur yang telah berdiri kokoh selama hampir 120 tahun, tetapi juga menyimpan dokumentasi penting mengenai sejarah perkeretaapian di Semarang dan sekitarnya. Pengunjung dapat melihat bagaimana gedung ini menjadi saksi bisu perkembangan kereta api di wilayah ini,” jelas Anne.
Pada Minggu (11/5), sehari jelang libur Hari Raya Waisak 2025, jumlah pengunjung di Lawang Sewu mencapai 6.241. Angka tersebut meningkat signifikan dibanding saat hari libur umumnya yang angka tertingginya hanya mencapai 3.500 pengunjung.
“KAI membuka kesempatan kepada masyarakat yang ingin belajar sejarah perkembangan perkeretaapian dan juga sejarah bangsa Indonesia dapat mengunjungi Museum Ambarawa dan Lawang Sewu. Melalui bangunan-bangunan bersejarah yang dimiliki oleh kereta api ini, masyarakat dapat semakin mengenal dan menghargai sejarah perjuangan bangsa Indonesia,” kisah Anne.
Jurnalis: Abri/Rendy







