Musrenbang Kecamatan Ngantru Tulungagung Ricuh, Kades Walk Out

  • Whatsapp

TULUNGAGUNG, beritalima.com- Musyawarah Perencana Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur sempat diwarnai kericuhan.

Kericuhan terjadi, dikarenakan Kades merasa kecewa tidak mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah beberapa Tahun terakhir. Bahkan, sebelum acara selesai, semua Kades memilih untuk tidak melanjutkan rapat sebagai bentuk dari aksi protes mereka.

Menurutnya, percuma diadakan Musrenbang Kecamatan jika akhirnya apa yang diusulkan tidak ada yang terealisasi. Hanya menjadi wacana dan tidak pernah ada bukti nyata sedikitpun.

Imam Sopingi selaku Kades Pucung lor mengatakan, semua Kades sepakat untuk walk out karena percuma setiap Musrenbang akhirnya tidak ada yang ditindaklanjuti dan terealisasi.

“Kita yang di Desa ini sering mendapat hujatan dari masyarakat, sudah beberapa tahun tidak ada pembangunan dan perbaikan jalan,” ucapnya. Rabu, (8/2/2023).

Ditambahkannya, seperti yang di Kepuhrejo, sudah 8 tahun berturut-turut mengajukan dan mengusulkan, namun tidak ada realisasi terkait pembangunan jalan Pemkab. Usulan dari beberapa kepala Desa di Kecamatan Ngantru tidak pernah diakomodir.

“Saya dan beberapa Kades lainnya setiap tahun ada pengajuan pembangunan, tetapi di tengah tahun selalu hilang dan tidak ada kejelasannya,” tambahnya.

Senada dengan Kades Pucung lor, Kuswanto Kades Batokan menuturkan, pihaknya juga sering dihujat oleh masyarakat karena dirasa tidak mampu untuk memperbaiki.

Tidak ada normalisasi sungai Kaliboto, padahal setiap tahun diusulkan di Musrenbang Kecamatan, namun tidak pernah direalisasi dan petani yang menjadi korban.

“Korbannya adalah petani, mulai dari Desa Pakel, Pucung, Padangan, Pulerejo, Pojok, Mojoagung, Batokan. Hampir 9 tahun kita usulkan tidak pernah ditanggapi. Mohon untuk pemberi kebijakan, agar menjadi perhatian dan prioritas,” tuturnya.

Sementara itu, Camat Ngantru Sumarji Kuswantoro membenarkan hal tersebut, memang Musrenbang merupakan diskusi dan musyawarah, jadi kalau ada dinamika itu wajar. Justru jika tidak ada dinamika, namanya musyawarah sudah selesai.

“Adanya Musrenbang itu, ada usulan dan saran, jika statistik bukan usulan. Ketika musyawarah itu ketemu mufakat sudah selesai,” ujar Camat.

Lanjut Camat, paparnya, terkait usulan pembangunan Infrastruktur di Desa Se-Kecamatan Ngantru, saya kira ini perlu menjadi titik pencermatan bersama, karena memang insfratruktur merupakan sarana vital utamanya yang disampaikan oleh Kades.

“Kebetulan Musrenbang hari ini ada OPD teknis, jadi wajar kalau kades menyampaikan langsung realita yang ada di lapangan dan kondisi realnya setelah bertahun-tahun tidak ada tindak lanjut dari perencanaan itu,” papar Sumarji.

Diterangkan, menanggapi apa yang menjadi kekecewaan Kades, nanti pihak Kecamatan setelah ada Musrenbang ini, rutin setiap minggu atau sebulan sekali mengadakan rapat, koordinasi terkait pelaksanaan pemerintahan maupun pembangunan di Desa.

“Rapat rutin akan kita laksanakan, tentunya saya akan memberi masukan bahwa walk out dalam musyawarah itu emosional sesaat saja,” terang Camat.

Pihaknya juga menjelaskan, dalam Musrenbang semua Desa pasti punya usul, namum setiap usulan itu di tampung, karena ada skala prioritas dalam pembangunan dan terbatasnya anggaran.

“Jika dinamika di bawah seperti itu harus jadi pencermatan, tetapi jangan kita anggap situasi yang dramatis. musyawarah beda pendapat wajar, namun ketika sudah menjadi mufakat kita harus mentaati pemufakatan itu,” pungkasnya. ( Dst).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait