Muzammil Sebut Kebijakan PPKM Menjadi Percuma Jika Masyarakat Tidak Mendukung Dengan Mentaati 3 M

  • Whatsapp

PASURUAN, Beritalima.com |
Ketua fraksi NasDem DPRD provinsi Jatim Muzammil Safi’i SH MSi mengungkapkan bahwa berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah, jika tidak didukung penuh oleh masyarakat, akan menjadi percuma. Menjadi sia-sia, bahkan akan menyebabkan rentetan permasalahan baru, baik bagi pemerintah maupun masyarakat.

Covid-19 dalam dekade 3 bulan terakhir ini makin menggila, banyak orang yang meninggal dunia, baik yang diindikasikan terpapar Covid-19, maupun yang sebenarnya Covid -19 tapi tidak terdeteksi. Karena tidak di bawah ke rumah sakit.

“Hampir setiap hari kita dengar suara sirine ambulance yang membawa pasien maupun membawa jenazah, yang kadang menyebabkan hati ini menjadi kecut, takut kita atau saudara kita yang ada di dalam ambulance itu. Banyak pula Kiyai, Ulama, Gus Ajengan, Buya dan Cendiakawan, Profesor, doktor, dokter dan tenaga kesehatan yang meninggal dunia,” keluh mantan wakil bupati Pasuruan ini..

Anggota komisi A ini mengatakan bahwa upaya pemerintah memberikan perlindungan pada masyarakat, memang itu menjadi kewajiban Pemerintah. Dengan menetapkan PPKM, baik yang biasa maupun darurat kepada masyarakat. Dengan demikian, kebijakan tersebut diharapkan mampu menurunkan angka penularan Covid-19 pada nasyarakat, namun masih tetap saja tinggi, justru berdampak pada sektor lainnya, termasuk ekonomi dan aktivitas yang lain menjadi merosot. Yang jelas angka kemiskinan kian meningkat dan angka pengangguran juga ikut meningkat.

“Sebetulnya intinya ada pada kepatuhan pada Protokol Kesehatan, memakai masker, menjaga jarak, sering mencuci tangan dan tidak bergerombol. Masyarakat Insyaallah aman. Walaupun kita tahu bahwa hidup dan mati adalah urusan Allah semata, namun kita berkewajiban berikhtiar agar selamat. Sampai saat ini belum ada solusi yang pas untuk mensinergikan penanganan covid-19 di bidang kesehatan dengan ekonomi, Ini kelemahan kita bersama, belum mampu membuat solusi dengan menurunkan angka pandemi sekaligus bisa meningkatkan ekonomi,” terang Muzammil.

Muzammil menyebutkan bahwa upaya berikutnya dengan memberikan Vaksinasi pada masyarakat, sementara jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 271, 34 juta, jumlah yang cukup besar, berapa sebenarnya idealnya yang harus divaksin, menurut Presiden adalah 70 persen. Berarti kisaran 189 Juta, sementara total sasaran adalah 208.268.720.

“Berita terakhir data vaksinasi adalah total yang telah divaksin tahap 1 adalah sebanyak 46. 053.004 ( 22,11 %) dan untuk total tahap 2 adalah 19.354. 329 (9,29), jadi masih jauh dari target yang sudah tersedia saat ini berjumlah 151,9 juta dosis. Ada tiga kendala besar dalam vaksinasi ini, pertama adalah faktor pengadaan vaksin itu sendiri belum bisa secara cepat bisa terpenuhi secara bertahap. Yang kedua tenaga Nakes yang terbatas, belum mampu melayani secara cepat sesuai dengan target, dan yang terakhir adalah faktor pelaksanaan itu sendiri yang tidak mudah,” papar Muzammil.

Muzammil menambahkan, namun yang tidak kalah pentingnya yaitu kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi, karena di masyarakat masih terbelah antara keyakinan akan pentingnya vaksinasi, dengan akan amannya vaksinasi, karena akibat dari narasi dan pendapat para tokoh yang terbelah terkait dengan penting dan Amannya vaksinasi, sehingga banyak masyarakat yang merasa takut divaksin dan bahkan tidak mau divaksin.

“Sebetulnya perlu strategi yang jitu untuk memberikan sosialisasi akan pentingnya vaksinasi, dengan melibatkan seluruh unsur organisasi masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat untuk memberikan penjelasan melalui kelompoknya masing masing. Dan mempermudah pemberian vaksinasi di majelis-majelis, arisan, atau datang dari rumah ke rumah, nah terakhir itu disebut vaksinasi untuk keluarga,” lanjutnya.

Muzammil menjelaskan bahwa ada beberapa kemungkinan untuk meningkatkan partisipasi vaksinasi di masyarakat, yaitu dengan bekerjasama secara lebih banyak dengan Ormas dan kelompok-kelompok masyarakat.

“Dilakukan di pos-pos tertentu dekat kerumunan, misalnya pasar, supermarket, mall, tempat pengajian, masjid, gereja dsb.
Petugas mendatangi dari rumah ke rumah, nah ini yang menurut saya paling efektif, karena sementara ini klaster keluarga banyak yang menjadi pusat penularan Covid-19, sehingga korban banyak yang berjatuhan di lingkungan keluarga. Kemudian dengan memberikan insentif tertentu dan rangsangan, misalnya ada potongan pajak atau kemudahan-kemudahan lain yang diberikan. Saya kira ini lebih efektif agar masyarakat rela dan senang di vaksinasi,” pungkasnya. (Yul)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait