JAKARTA, beritalima.com | Meskipun periodesasi presiden dan Wakil presiden akan berakhir 2024, beberapa pihak mulai memunculkan nama- nama tertentu untuk maju sebagai calon presiden dan wakil presiden di pilpres 2024.
Beberapa nama itu mulai di gadang-gadang sebagai capres dan cawapres.
Presiden Joko Widodo adalah generasi antara sesudah angkatan ’45 dan ’66 berakhir. Joko Widodo adalah generasi reformasi, dapat disebut sebagai angkatan ’98 sesudah runtuhnya rezim orde baru.
Meskipun generasi sebelum Joko Widodo pernah memimpin, seperti KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Ibu Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono lebih dulu berkiprah sebagai presiden RI.
Belakangan ramai di sebut-sebut sebagai capres dan cawapres adalah Erick Tohir, Agus Harimurti, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Puan Maharani, Ridwan Kamil, Ibu Risma, Ganjar Pranowo dll.
Selain itu masih ada yang rindu dengan rezim dengan tetap menawarkan figur lama yang berlatar belakang militer yaitu: Prabowo Soebianto, Moeldoko dan Gatot Nurmantyo.
Masih ada beberapa tokoh muda potensial yang berpeluang menjadi pemimpin di masa depan, sebut saja Raja Sapta Oktohari. Dia memiliki peluang seperti nama diatas, sebab dia termasuk pengusaha besar. Dia pernah jadi Ketua Umum HIPMI, Wakil Ketua Umum KADIN, Ketua Umum PB ISSI, promotor Tinju tingkat dunia, President INAPGOG, President Komite Olahraga Indonesia (KOI) dan Wakil President Federasi Balap Sepeda Asia.
Kendala utama dari hampir semua nama diatas bukan Ketua Umum partai, kecuali Prabowo Soebianto. Yang lain tentu masih sangat tergantung partai yang mau meng-endors.
Mungkin untuk Mbak Puan Maharani tidak terlalu sulit, karena Ibunya Ketua Umum Partai. Demikian juga saudara Agus Harimurti masih diuntung, karena ayahnya Ketua Umum partai.
Nah, lantas bagaimana terhadap beberapa nama yang bukan kader partai dan tidak punya partai?
Jalan mereka yang tidak punya partai tentu masih panjang, berliku dan tentu harus punya gizi kuat dan besar. Bila mereka yang bukan kader partai dan tidak punya partai, tentu tidak semudah yang kader partai dan punya partai.
Orang partai cenderung akan meng-endors kader atau orang mereka.
Lain halnya kalau partai mendahulukan kepentingan Bangsa dan Negara, tentu akan mempertimbangkan orang yang kapasitas, kapabilitas, berkualitas dan berintegritas.
Mungkinkah ada partai yang sudah mulai melihat, mempertimbangkan, memunculkan nama-nama diatas atau nama lain dalam waktu dekat ini?
Tentunya terpulang kepada partai yang jeli melihat peluang!
Apalagi model pemilu dan pilres 2024 masih sama seperti pemilu 2019, Partai yang salah meng-endors capres dan cawapres yang tidak dikehendaki pasar dan kebanyakan rakyat dipastikan tidak akan diuntungkan!!
Oleh: Djafar Badjeber, Anggota MPR RI 1987-1992, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta 1999-2004