Napak Tilas Ke Rumah Sejarah (Djiauw Kie Siong) Rengasdengklok

  • Whatsapp
Napak Tilas Ke Rumah Sejarah (Djiauw Kie Siong) Rengasdengklok

Rengasdengklok, beritalima.com| – Napak tilas ke Rumah Sejarah Djiauw Kie Siong di Jalan Perintis Kemerdekaan No, 33, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sangat menarik ditelusuri. Di rumah inilah, 80 tahun lalu, gagasan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibahas oleh para pemuda dan pendiri bangsa seperti Soekarno-Hatta, pada 16 Aagustus 1945.

Ketika beritalima turut dalam rombongan para guru dan pemerhati sejarah dari Sekolah Kolese Kanisius Kolese Gonzaga Jakarta ke Rumah Sejarah Rengasdengklok, tampak sekitar sepuluh siswa SMA turut serta. “Murid kami ini baru saja membuat pentas tentang Peristiwa Renhasdengklok. Jadi saat kami beritahu akan mengunjungi rumah sejarah ini, mereka tertarik untuk ikut,” ujar Yohanes Prima Pramudya, Guru Bahasa bersama Kepala Sekolah Kolese Gonzaga Peter Eduard C. Ratu Dopo S.J., M.Ed.

Di Rumah Djiauw Kie Siong, kami diterima oleh Ibu Yanto (isteri dari Yanto, keturunan ketiga dari Djiauw Kie Song), yang menjelaskan secara singkat terkait sejarah kediamannya. Karena rumah yang saat ini dijadikan sebagai cagar budaya ini, ternyata bukan yang aslinya. Rumah aslinya berada beberapa ratus meter dari lokasi yang sekarang, di pinggir Sungai.

Namun pada 1950-an, rumah tersebut terkena banjir sehingga dipindah sebagian isinya ke lokasi yang sekarang. “Rumah kami itu dibangun sejak 1920,” kisah Bu Yanto. Rumah yang sangat sederhana dan asri ini, masih menyimpan beberapa barang asli, seperti atapnya, tempat tidur, meja, kursi, dan peralatan lainnya.

Dr Baskara Wardaya, sejararawan dari Praksis Kolese Kanisius, sempat memberikan penjelasan singkat kepada para siswa tentang perjalanan Soekarno-Hatta yang dahulu sempat dibawa oleh para pemuda dari Jakarta menuju Rengasdengklok. Dipilihnya rumah ini, karena dinilai oleh para pemuda adalah karena faktor keamanannya yang lebih terjamin, mengingat saat itu Pasukan Kolonial Jepang masih berkuasa.

Dalam catatan sejarah diungkapkan, sejumlah pemuda, diantaranya Chairul Saleh, Sukarni dan Wikana, pada 15 Agustus 1945 mendatangi Soekarno-Hatta agar sesegera mungkin memproklamirkan Indonesia. Namun karena Soekarno-Hatta belum bersedia, akhirnya dibawalah ke Rengasdengklok.

Setelah rumusan teks proklamasi disepakati, barulah Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta, menuju kediamanan Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol 1 (sekarang Museum Naskah Proklamasi). Dan, pada 17 Agustus 1945, Proklamasi Indonesia dikumandangkan.

“Rangkaian perjalanan ini termasuk Rumah Djiauw Kie Siong sangat penting diketahui oleh generasi penerus bangsa agar lebih mengetahui pendidikan sejarah bangsanya,” cerita Baskara, yang didampingi budayawan Mudji Sutrisno, Guru Sejarah Kolese Kanisius Yosi Kwirinus, Wikan Prabantara dan Handaru.

Jurnalis: abriyanto

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait