Nasabah BTPN Syariah yang Sukses dari Menjual Ikan

  • Whatsapp

Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah berupaya meningkatkan pemberdayaan nasabah perempuan di segmen prasejahtera produktif.

Manfaat program pemberdayaan nasabah perempuan pun dirasakan oleh warga Desa Tablolong, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebelum mengenal dan bergabung BTPN Syariah, Agustina Markus Sa’u (43), memiliki usaha warung makanan ringan.

Kemudian dia bergabung tahun 2015, dengan pinjaman awal sebesar Rp5 juta dan menggunakan pembiayaan tersebut untuk menambah modal usaha kios, dan jualan BBM (bensin dan solar) untuk melayani nelayan di Pantai Tablolong.

“Saya bergabung menjadi nasabah BTPN tahun 2015. Saat itu, petugas dari BTPN Syariah mensosialisasikan BTPN Syariah. Saya adalah orang pertama di desa ini yang menjadi nasabahnya,” kata Agustina Sa’u, yang juga Ketua Kelompok Sentra Katonik, kepada wartawan pada Selasa (23/2/2021).

Setelah berjalan beberapa bulan, Agustina, kembali mendapatkan tambahan modal usaha dari BTPN Syariah. Dimana pinjaman kedua diberikan sebesar Rp10 juta untuk mengembangkan usahanya.

Karena usaha yang dijalaninya semakin berkembang, Agustina mendapat kepercayaan untuk menerima pembiayaan di BTPN Syariah dengan jumlah pinjaman ketiga sebesar Rp20 juta, pinjaman keempat Rp30 juta dan pinjaman kelima Rp50 juta dan top up (tambahan modal) Rp2 juta. Sehingga dia membidik usaha lain, yakni usaha rumput laut dan jual ikan. Hasil ikan yang melimpah dari desa nelayan itu dijualnya hingga ke Atambua, Kabupaten Belu.

Agustina secara rutin memasok ikan ke ibu kota kabupaten yang berbatasan dengan Negara Timor Leste itu. Seminggu dua hingga tiga kali mengirim ikan dengan jumlah 100 s.d 200 kilogram per sekali kirim.

“Jujur tidak ada kesulitan setelah bergabung menjadi nasabah BTPN Syariah. Kami malah dibantu dan diberi pembinaan bagiamana harus bertahan dengan usaha yang ada,” katanya.

Berkat pendampingan BTPN Syariah, usaha rumput laut dan ikan kini terus berkembang.

Hasil jerih payahnya pun kini dapat dirasakan Agustina, dengan hasil usahanya tersebut dia sudah membeli perahu dan mobil pick up untuk membantu usahanya mengirim ikan ke Atambua.

Hal yang sama juga dikatakan Leny Tupu. Menurutnya, ia bergabung menjadi nasabah BTPN karena ingin mengembangkan usahanya, yakni menjual ikan.

Selain itu, juga proses pengajuan pinjaman ke BTPN cepat dan mudah. Begitu juga ketika membayar angsuran, petugas yang datang ambil uang angsuran di kelompok, yaitu dua minggu sekali.

“Saya bersyukur banget kepada BTPN, karena BTPN sangat membantu saya memberikan modal sebesar Rp4 juta, sehingga usaha yang saya jalani selama ini bisa berjalan dengan bagus,” ujarnya.

Leny, mengaku setiap kali pertemuan, pendamping BTPN selalu diberikan motivasi untuk mengembangan usahanya dan rajin menabung.

Nurhaidah, Business Coach BTPN Syariah Sumbawa Kupang (Sumbaku), mengatakan pembiayaan dari bank ini diberikan sebagai modal usaha khusus ibu-ibu prasejahtera yang ada di pedesaan atau pinggiran kota di berbagai daerah di Indonesia untuk memulai atau mengembangkan usahanya.

BTPN Syariah, tidak hanya memberikan kemudahan pembiayaan. Bank ini juga memberikan pendampingan secara berkala di bidang keuangan, kewirausahan dan kesehatan. BTPN Syariah pun menyiapkan petugas lapangan yang berkunjung ke nasabah dua minggu sekali.

Di Desa Tablolong, tidak hanya Agustina Sa’u dan Leny Tupu, yang menjadi nasabah BTPN Syariah. BTPN Syariah juga membina dan memberikan pembiayaan dan pendampingan kepada 17 perempuan lainnya, seperti Mince Olo, yang konsern pada usaha tenun ikatnya dengan modal awal Rp750 ribu pada tahun 2020 dan sekarang omzetnya telah mencapai Rp2,5 juta per bulan.

Sementara itu, Communication Head BTPN Syariah, Ainul Yaqin, mengatakan bank ini memberikan pembiayaan prasejahtera produktif kepada kelompok perempuan tanpa jaminan. Tujuannya untuk membangun empat karakter pada diri nasabah, yaitu berusaha disiplin, kerja sama dan saling membantu. Dan diharapkan, perilaku tersebut dapat menyebar sehingga tercapai tatanan masyarakat yang memiliki kekuatan secara ekonomi.

“Kita bangun sifat gotong royong. Misalnya, jika ada anggota yang sakit, anggota lain yang siap membantu cicilannya. Jadi saling bantu antarsesama anggota kelompok adalah perlu,” katanya. (L. Ng. Mbuhang)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait