Nasib SMA Nusa Bangsa Baktiya

  • Whatsapp

Aceh Utara | Beritalima : Sekolah Menengah Atas (SMA) Nusa Bangsa, merupakan sekolah binaan sebuah yayasan yang terletak di Desa Matang Bayu, Kecamatan Baktiya, Kabapaten Aceh Utara, terlihat sepi dan terkesan tidak ada proses belajar mengajar di sekolah itu.

Yayasan Nusa Bangsa, pada tahun 2006 membuka unit sekolah baru, letaknya yang strategis di daerah yang sangat mudah dijangkau oleh para siswa yang menuntut ilmu disana, letaknya yang hanya terpaut seiktar seratusan meter saja dari jalan lintas Nasional, Medan – Banda Aceh ini membuat sekolah itu mudah diterima dihati masyarakat.

Sepi terjadi, bukan hari itu saja, karena hal tersebut telah berlangsung setahun yang lalu, dimana jumlah siswa semakin sedikit di dua tahun terakhir. Sejak didirikan jumlah siswa sekolah yang bersangkutan rata-rata sekitar 25 orang pertahunnya, kecuali tahun pertama, yayasan tersebut menerima siswa perdananya sekitar 36 orang.

“Sejak dibangun sekolah ini, kita mendapatkan respon dari masyarakat dan masyarakat mendukung, sehingga mendaftarkan putra/i mereka ke sekolah ini” kata Kepala Sekolah Nusa Bangsa, Banta Alipun, S.Pd mengawali cerita.

Entah apa gerangan, sekolah tersebut seakan-akan dikucilkan. Hal ini diungkapkan Banta Alipun, saat wartawan menjumlapainya diruang kerja SMA sersebut Selasa (08/11/16).

Kendatipun, pihak yayasan telah menyelenggarakan sekolah gratis tanpa dipunya biaya apapun, ditambah lagi untuk pendaftaran penerimaan siswa baru, sekolah juga menyelenggarakan seragam gratis. Namun, upaya tersebut nyaris sia-sia, jumlah siswa ditahun terakhir ini yang mendaftar sekitar belasan orang saja.

Banta Ali bersama 12 orang guru lainnya, sangat berharap agar sekolah yang bersangkutan berjalan normal seperti sekolah-sekolah lainnya. Akan tetapi ia memehami beberapa hal tentang kekurangan sekolahnya, sehingga mudah diprovokasi oleh pihak luar, sebagaimana saat ini Banta Alipun sendiri mensinyalir adanya pihak luar yang diprovokatori sekolah yang sedang dalam tahap pengembangan diri ini.

“Kita memahami, ketika sekolah ini diprovokatori oleh pihak luar mudah sensitif. Karena sekolah ini hanya di bawah yayasan, meskipun dinas telah mengalokasikan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS), tapi penataan sekolah dan tenaga didik sekolah ini masih belum memadai,” terang Alipun kepada wartawan, sembari menyebut, dari 13 orang guru disekolah yang bersangkutan, hanya kepala sekolah saja yang dari Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Lainnya semua bakti sukarela,” katanya.

Banta Alipun, dengan tatapan berkaca-kaca menyebutkan, pihaknya takut jika sekolah ini kehilangan simatisan masyarakat, jika tahun mendatang ini tidak mendaftarkan siswa baru, sekolah tersebut terancam tutup.

Tahun ini, sebagai upaya alternatif, pihak sekolah mengaku akan menerima sebanyak sepuluh siswa dari santri yang berasal di Kuta Cane, agar siswa disekolah itu bertambah. “Sepuluh siswa itu merupakan santri di Dayah Tgk. Hamid Lhokseukon, tapi mereka tidak ada operasional untuk bisa kemari, maka kami pihak sekolah merencanakan mengadakan satu unit becak motor, untuk bisa digunakan oleh santri kesekolah,,” ungkapnya.

Harapan sekolah, pihak dinas diminta untuk memperhatikan kondisi yang dialami Nusa Bangsa saat ini, sekolah yang telah memiliki bangat aset seperti sarana dan prasara gedung dan sebagainya itu, tidak harus terancam, tanpa siswa yang bersekolah ke sekolah itu.  “Saya selaku kepala sekolah juga berharap setap guru kami bisa mendapatka SK Bakti murni, karena guru juga sangat berpengaruh terhadap profesionalisme sekolah. (***En)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *