Oleh : Wibisono
Sebentar lagi Bangsa Indonesia akan menyelenggarakan Pesta demokrasi untuk menentukan masa depan bangsa. Pemilu 2024 yang jujur dan adil segera digelar.
Kita semua rakyat tentunya ingin mendapatkan pemimpin yang mampu meneruskan pembangunan bangsa, baik pembangunan fisik dan moral, kita rindu pemimpin negarawan.
Tentunya kita butuh pemimpin yang punya karakter negarawan, seorang negarawan sebagai “politisi yang sudah meninggal”. Kalau dia masih memikirkan kemenangan di pemilu berikutnya, dia belum menjadi negarawan.
Tentang negarawan, salah satu yang paling banyak dikutip adalah pendapat James Freeman Clarke, yang membedakan politisi dan negarawan.
Seorang politisi memikirkan pemilu berikutnya. Seorang negarawan memikirkan generasi berikutnya,” kata Clarke, pendeta dan penulis Amerika Serikat yang hidup 1810-1888.
Beralaskan pernyataan ini, rakyat bisa merasakan dan bertanya, apakah di negeri ini sudah ditemukan seorang negarawan?.
Karena seorang negarawan memikirkan generasi dan bangsanya, maka dia harus punya prinsip dan peta yang bisa dijalankan secara konsisten. Punya visi dan misi yang jelas untuk bangsanya.
Selanjutnya, dia bisa menyatukan, mengerahkan serta mengarahkan seluruh lapisan masyarakat untuk berlari mengikuti peta jalan serta visi dan misinya.
Karena itu, seorang negarawan harus perlu memiliki “antena” kuat yang bisa menangkap sinyal dari seluruh rakyatnya. Mendengar serta menyelami suara hati rakyatnya. Bukan hanya kelompok atau pendukungnya. Tapi seluruh rakyat bangsanya.
Dan yang tak kalah pentingnya, dia harus menjadi mercu suar dan kompas moral. Jadi panutan bangsanya. Sampai jauh ke masa depan. Ke generasi berikutnya. Mereka adalah orang-orang yang tak pernah “pergi” walau sudah meninggal. Mereka abadi.
Demokrasi kita terlanjur menganut sistem multi partai, jadi kepentingan rakyat akan terwakili oleh partai partai politik yang ada.
Apa sudah memenuhi rasa keadilan bagi rakyat?, Inilah yang perlu dilakukan rakyat untuk bisa menentukan harapan terhadap pilihannya.
Bangsa ini masih belajar berdemokrasi yang baik, arah reformasi adalah memberikan ruang kepada rakyat untuk memilih pemimpinnya, tidak merasa terpaksa dan di arahkan.
Tentunya para calon pemimpin dimasa depan harus mengedepankan gagasan dan pemikiran yang jauh kedepan, terutama dalam menghadapi era globalisasi yang sangat cepat lompatannya.
Indonesia sebagai negara berkembang yang akan menyongsong menjadi negara maju harus hati-hati menentukan pilihannya, banyak pekerjaan yang belum selesai terkait keadilan hukum, ekonomi yang baik, dan kesejahteraan bagi rakyat.
Pemilu 2024 adalah titik awal untuk memperbaiki semuanya, kita harus semakin dewasa dan bisa mentransformasi bangsa ini menjadi negara yang makmur dan bisa mensejahterakan rakyatnya. Semoga bangsa ini selamat dari semua proxy war yang di lakukan negara asing tanpa bergantung pada negara lain.
Berdiri diatas kaki sendiri, berdaulat, dan berkeadilan.
Penulis: pengamat militer dan pertahanan