Neta S Pane: Tugas Berat Polri Jelang dan Pasca Pemilu 2019

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Sedikitnya tiga tugas berat dihadapi Polri menjelang maupun pasca pemilihan umum (pemilu) serentak 17 April mendatang.

Tugas berat itu, ungkap Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane dalam keterangan tertulis melalui WhatsApp (WA) kepada Beritalima.com, Selasa (19/3) siang, perlu ditangani jajaran kepolisian secara profesional agar tidak terjadi benturan dengan masyarakat.

Tugas berat polri menjelang maupun pasca pemilu serentak itu, pertama: mengantisipasi rasa percaya diri yang berlebihan dari para pendukung capres. Sebab dikhawatirkan jika capresnya kalah di Pilpres 2019 akan memunculkan masalah serius di masyarakat.

Kedua, mengantisipasi isu adanya upaya mendelegitimasi hasil Pilpres 2019. Isu ini dikhawatirkan akan menjadi bola liar yang bisa mengancam keamanan masyarakat pasca Pilpres 2019.
Ketiga, jajaran kepolisian perlu mendata dan mengantisipasi melebarnya kantong kantong radikalisme dan terorisme. Dengan antisipasi yang ketat kepolisian bisa segera mengunci kelompok radikal maupun terorisme yang hendak memanfaatkan panasnya situasi eforia politik menjelang maupun pasca Pilpres 2019.

Ditemukannya sejumlah bahan peledak dan aksi bom bunuh diri di Sibolga, Sumatera Utara merupakan indikasi meluasnya jaringan kelompok radikal dan teroris di tahun politik kali ini.

IPW menilai situasi keamanan nasional menjelang Pilpres 2019 semakin panas. Para pendukung capres tidak hanya larut dalam eforia politik yang tinggi, tapi juga sudah terjebak dalam ‘pertarungan hidup mati’.

Kubu Prabowo misalnya, bertekad bertarung habis habisan untuk memenangkan Pilpres 2019. Sebab, sekarang kesempatan terakhir Prabowo untuk mengikuti pilpres sehingga hanya satu kata bagi mereka, yakni menang. Semua daya dan kekuatan pun diarahkan untuk memenangkan Pilpres 2019.

Sebaliknya, bagi kubu Jokowi, Pilpres 2019 adalah harga diri seorang incumben untuk mempertahankan kekuasaan sekaligus menambah periode kekuasaan agar bisa happy landing.

Bagaimana pun kubu Jokowi tidak mau kalah dengan Presiden SBY yang bisa happy landing dengan dua periode. Bagaimana pun kubu Jokowi tidak mau bernasib naas seperti Presiden Megawati, yang keok sebagai incumben di Pilpres 2004, hingga tidak bisa happy landing dua periode kepresidenan.

Dalam situasi seperti ini bisa dibayangkan bagaimana ngototnya kedua kubu untuk memenangkan Pilpres 2019, sehingga terkadang kedua kubu terlihat seperti menghalalkan segala cara untuk memenangkan pilpres.

Padahal pilpres adalah kegembiraan politik dan bukan perang, apalagi perang membawa bawa agama. Pilpres bukanlah membelah dan mengkotak kotakan masyarakat hingga terpecah belah menjadi musuh bebuyutan sesama saudara sebangsa.

Untuk itu Polri dan TNI perlu profesional dan independen menghadapi situasi ini. Polri perlu menyatukan kedua kubu untuk membuat kesepakatan Pilpres Damai dan masing masing kubu menyatakan, siap menang siap kalah.

Polri dan TNI perlu mengimbau kedua kubu bahwa keamanan negeri ini adalah hal yang lebih penting dan NKRI, Pancasila serta Bhineka Tunggal Ika adalah harga mati yang tidak bisa dikoptasi siapapun, apalagi dikoptasi kelompok radikal maupun para teroris yang memanfaatkan panasnya eforia politik Pilpres 2019. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *