JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi VI DPR RI, Hj Nevi Zuairina meminta agar keberadaan Sugar Company (SugarCo) harus berdampak kepada kemajuan industri gula nasional.
Hal itu disampaikan anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI ini dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Gula terkait membahas pembentukan holding pabrik gula Sugar Company atau SugarCo.
Dari informasi yang Wakil rakyat dari Dapil II Provinsi Sumatera Barat itu, hingga saat ini, bila seluruh industri pergulaan Indonesia di gabungkan, masih kalah dari beberapa negara luar.
“Hanya saja pergulaan nasional masih rapuh, dimana ditengarai sering terjadi gangguan pasokan akibat cuaca, dan gangguan harga akibat kenaikan harga gula dunia yang dipicu dari naiknya penguatan negara penghasil gula terbesar seperti Brazil,” tutur Nevi.
Menurut Nevi, rapuhnya pergulaan nasional, paling utama ketergantungan impor gula terutama buat keperluan gula industri makanan dan minuman. Bahkan di 2013, kemudian di 2017 dan 2018, kita pernah menjadi importir gula terbesar mengalahkan China dan AS.
“Sesuai keputusan rapat Komisi VI dengan BUMN Gula, yang hadir Dirut PTPN III, PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, PTPN XIV dan PT Sinergi Gula Nusantara, pada masa depan BUMN gula harus melakukan upaya pemenuhan pasokan gula dalam negeri agar Indonesia tak berhantung pada impor dan mewujudkan kemandirian gula konsumsi, meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjaga stabilitas harga gula ritel melalui pembentukan Sinergi Guka Nusantara,” urai Nevi.
Legislator Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini berharap, Indonesia 5-6 tahun ke depan bukan lagi negara yang mengimpor gula konsumsi. Diharapkan 2025 Indonesia sudah swasembada gula untuk konsumsi dengan memproduksi 2,8 juta ton.
Dikatakan, salah satu persoalan internal lemahnya produksi gula kita sehingga tidak efisien adalah adanya pabrik-pabrik gula existing yang sudah berumur tua, bahkan sebagian besar buatan Belanda era kolonial dan pabrik-pabriknya sudah tutup.
“Harus ada gebrakan modernisasi pabrik-pabrik gula yang ada sehingga Pabrik-pabrik gula sejak zaman Belanda tahun 1800-an dapat diganti. Pemerintah mesti punya komitmen untuk mengganti ‘pabrik tua’ sehingga produksi gula Indonesia dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.”
Nevi yang selalu menyuarakan keberpihakannya kepada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini juga mendorong, pembentukan holding gula (SugarCo) harus memberikan dampak positif bagi UMKM yang terlibat di industri gula.
Keberpihakan ini mesti ada program kemitraan dengan UMKM, misal dalam bentuk CSR.
Semua menunggu perbaikan bisnis gula Holding Perkebunan Nusantara melalui restrukturisasi bisnis gula PTPN termasuk upaya terlibatnya investor yang terpercaya.
“Semoga kinerja PTPN sektor gula ini terus meningkat dari waktu ke waktu, sehingga dampak Kemajuan Industri Pergulaan Nasional dapat terasa langsung di masyarakat,” demikian Hj Nevi Zuairina.
(akhir)