Nevi Luncurkan Memoar Energi Bundo Kanduang, Lahirkan Perempuan Multitasking

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Tidak banyak perempuan dalam keseharian beraktifitas secara multitasking atau mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dengan hasil yang maksimal. Perempuan Minang mempunyai kemampuan itu, salah satunya Hj Nevi Zuarina, anggota Komisi VI DPR RI dari Dapil II Provinsi Sumatera Barat.

Luar biasa anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI itu dalam menjalani kehidupannya bersama sang suami, Prof Irwan Prayitno dan anak-anaknya. Nevi mengasuh dan membesarkan anak, menjalankan bisnis, menjadi guru, beraktifitas di partai dan tidak lupa berinteraksi dengan sesama.

Aktifitas yang multitasking itu diperankan Nevi seperti yang ia ceritakan dalam buku memoarnya yang diluncurkan, Sabtu (4/9) di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Barat. Memoar yang berjudul Energi Bundo Kanduang kata pengantarnya ditulis Ketua DPR RI, Puan Maharani.

“Dari buku yang ditulis dengan pendekatan bertutur ini, saya mendapat kesan seorang perempuan yang penuh semangat, pantang menyerah dan senantiasa tidak meninggalkan kewajibannya sebagai istri dan sebagai ibu dari anak-anaknya. Pada kebanyakan yang dialami perempuan aktif, selalu ada yang tertinggal salah satunya, ya suami, ya anak-anak ya membangun kapasitas diri sendiri,” kata Puan dalam kata pengantarnya.

Namun, ungkap Puan, Nevi berhasil melakoni seluruhnya dalam waktu bersamaan. Dan, akhirnya dapat kita pahami bahwa manajemen waktu sangat berperan untuk menjalankan peran ganda seperti ini.

Selain itu, lanjut dia, sebagaimana diceritakan Ibu Nevi dalam bukunya, kesabaran dan komitment dalam keluarga juga berperan sangat penting dalam kehidupan seorang perempuan yang aktif di dalam rumah dan di luar rumah.

“Energi Perempuan Minang yang dipilih sebagai judul buku ini menyiratkan makna bahwa pada kultur Minangkabau perempuan ditempatkan pada hirarki yang terhormat. Dan, agaknya itu yang memberi semangat untuk banyak perempuan Minang termasuk Nevi untuk banyak berperan dalam sejarah perjuangan bangsa,” kata Puan.

Ketua DPR RI ini menyebut beberapa nama, perempuan yang membanggakan Indonesia berasal dari Ranah Minang, Rohana Kudus, Rangkayo Rasuna Said, Siti Manggopoh, Rahmah El Yunusiah. “Saya ingin menyebut juga Ibu Mufidah Jusuf Kalla dan banyak nama lain yang amat panjang kalau dituliskan.

Ketua Fraksi PKS DPR RI, Dr H Jazuli Juwaini dalam sambutan dia menyebut, Nevi melanjutkan tradisi perempuan Minang. “Saya cukup surprise dengan kehadiran buku memoar ini. Sebab tidak banyak orang sempat menukilkan pengalamannya ke dalam sebuah buku apalagi perempuan,” kata Jazuli.

Dan, satu hal yang juga membuat saya surprise serta patut memberi apresiasi, kata wakil rakyat dari Dapil II Provinsi Banten itu, buku ini ditulis Nevi saat berusia 55 tahun. “Banyak tokoh baru sempat menuliskan pengalamannya saat usia sudah sepuh, itu pun hanya karena mengadopsi kebiasaan di barat, pada usia 70 sebaiknya ditandai dengan peluncuran buku memoar, biografi ataupun otobiografi,” tulis Jazuli dalam buku yang dieditori wartawan senior Sumatera Barat, Eko Yanche Edrie dan Devi Diany itu.

Jazuli menyampaikan kekagumannya pada Nevi yang diam-diam memiliki catatan-catatan harian yang detail tentang perjalanan hidup dia. Nevi juga mencatat apa yang terjadi di sekitarnya, tentang keluarga, bisnis, kampung halaman, daerah, agama, pendidikan, ekonomi, politik dan pemerintahan.

Menurut saya, semestinya semua politisi mengikuti langkah yang diambil Nevi. Mulailah menuliskan catatatan perjalanan. Sebab, apabila tiba waktunya, dimaktubkan dalam sebuah buku, tentu akan berguna untuk generasi berikutnya.

Generasi berikutnya adalah generasi yang akan meneruskan apa-apa yang kita lakonkan sekarang. Dengan buku memoar, generasi berikutnya dapat membaca dan memiliki pedoman untuk melangkah, menimba pengalaman tokoh yang ada dalam buku memoar itu.

Bukankah kata orang bijak experience is the best teacher, pengalaman adalah guru terbaik. Jadi tidak saja pengalaman sendiri, tetapi pengalaman orang lain. “Pengalaman seorang Nevi tentu layak dijadikan guru oleh generasi berikutnya, misalnya dalam hal mendidik anak, membina keluarga, melatih diri berbisnis, bekerja keras, berjuang di kancah politik dan sebagainya,” ujar Jazuli.

Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah menyebut buku ini adalah buku penting. ”Kenapa kami sebut sebagai buku penting? Karena buku ini menukilkan berbagai pengalaman ibu Nevi Zuairina yang tidak saja berguna kaum perempuan, tapi juga berguna untuk kita semua yang menjalankan tugas-tugas pengabdian masyarakat.

Berbagai hal yang dicatat dalam buku Bu Nevi tentang Sumatera Barat, Minangkabau, Pemerintahan dan sebagainya sepanjang periode pengabdian beliau mendampingi pak Irwan sebagai Gubernur Sumatera Barat tentulah sebuah pengalaman lahir batin yang patut kita timba sebagai guru. “Karena pengalaman adalah guru, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain,” kata Mahyeldi yang ikut menuliskan kata sambutan di buku memoar Nevi Zuairina itu.

Menurut Mahyeldi, buku ini menjadi luar biasa, lantaran belum pernah satupun istri Bupati, Walikota dan Gubernur di Sumatera Barat yang sempat menuliskan penggalan-penggalan pengalamannya selama mendampingi suami sebagai kepala daerah.

Beberapa Kepala Daerah memang ada menulis memoar. Dan, menurut kami, ini penting karena bisa menjadi rujukan bagi kepala daerah penerusnya, supaya tidak berlaku adagium ‘sakali aia gadang sakali tapian barubah’, ada pedoman untuk menjaga keberlanjutan atau kesinambungan pembangunan (sustainable development) di daerah.

Namun, isteri Kepala Daerah sesungguhnya –jika bisa—sebaiknya menulis juga buku memoarnya diluncurkan pada akhir masa jabatan.
Tradisi seperti ini semestinya mulai terapkan, agar ada legacy yang ditinggalkan kepala daerah yang mengakhiri masa tugasnya.

“Jadi, tidak sekedar buku memori serah terima yang sarat dengan data dan angka serta sangat formal itu. Lagi pula buku memori serah terima itu tentu tidak bisa diakses luas oleh publik,” ujar Mahyeeldi.

Nevi menyatakan, ada banyak catatan sebenarnya yang ia buat tetapi tidak semua catatan itu masuk ke dalam narasi buku lantaran dia pandang bisa mengganggu silaturahmi dengan pihak-pihak tertentu. Jadi, ada bagian pengalaman yang saya catat tapi tidak masuk ke dalam buku agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

“Sebaliknya ada bagian-bagian yang mungkin saya lupa mencatatnya, maklum itulah salah satu sifat lemah manusia, tidak semuanya serta merta teringat pada hal-hal yang sudah lama berlalu,” kata Nevi Zuairina,” demikian Hj Nevi Zuairina. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait