JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi VI DPR RI, Hj Nevi Zuairina meminta PT Bio Farma (Persero) membangun bidang kesehatan (Healthy Security) dan keuntungan ekonomi buat perusahaan farmasi tersebut.
Permintaan itu disampaikan anggota komisi membidangi perdagangan dan industri ini saat melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) Spesifik Komisi VI DPR RI ke ke PT Bio Farma Bandung dalam rangka melihat langsung kesiapan dan peran holding BUMN Farmasi serta mengetahui kejadian lapangan dalam rangka mengatasi Pandemi virus Corona (Covid-19) di Indonesia yang dilakukan perusahaan negara. Kunker dilakukan pekan ini.
Dikatakan anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI tersebut, Healthy Security ini dapat beriringan dengan membangun keekonomian yang menguntungkan buat negara. Namun, tentu perlu keseriusan serta berkejaran dengan waktu. “Bila tepat pelaksanaan dan mampu berinovasi lebih cepat dibandingkan negara lain, ini dapat membalikkan keterpurukan negara dari dampak ekonomi buruk akibat wabah”, ucap Nevi.
Wakil rakyat dari Dapil II Provinsi Sumatera Barat menyarankan kepada PT Biofarma agar menemukan bahan baku dari dalam negeri sehingga menekan angka impor bahan baku produk farmasi. Riset dan Inovasi yang bekerjasama dengan berbagai kampus dan lembaga riset perlu terus dilakukan untuk memperkaya aset ilmu dan produk terapan bidang kesehatan.
Lebih jauh dikatakan, Nevi Indofarma mendapat dampak positif dari adanya Perppu No: 1/2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 ini karena Indofarma masih memasok sebagian besar bahan baku dari luar negeri. Bukan hanya produk kimia dasar yang perlu diimpor perusahaan farmasi. Tetapi juga Produk seperti natural extract (Natex) dan alat kesehatan.
Berdasarkan keterangan yang ia terima, 31 Januari 2020 Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi resmi terbentuk, dengan PT Bio Farma menjadi induk perusahaannya. Holding BUMN farmasi terdiri dari PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF) serta menargetkan pendapatan tahun ini Rp16,8 triliun. Total aset yang kini dimiliki oleh ketiga perusahaan itu berkisar Rp30,6 triliun
.
Pada blue print holding BUMN farmasi, lanjutnya, Bio Farma yang ditunjuk menjadi induk usaha, kebagian memroduksi vaksin dan antisera, atau serum darah yang mengandung anti bodi, PT Kimia Farma Tbk menangani produksi farmasi dan bahan baku. Lalu, PT Indofarma Tbk bertransformasi menjadi perusahaan dalam bidang alat kesehatan dan produk herbal.
“Dengan berbagai kekuatan yang dimiliki biofarma, semua pihak pasti mendukung bahwa PT Biofarma segera menemukan vaksin covid-19. SDM fan infrastruktur serta pengalaman yang selama ini dimiliki mesti menjadi modal besar pada penemuan vaksin ini yang teruji secara medis”, ucap Nevi.
Dijelaskan, berdasarkan catatan Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI), selama Februari-April 2020 terjadi peningkatan bahan kimia yang tercatat sekitar 10-15 persen dibanding kondisi normal. Namun demikian, kenaikannya bisa lebih besar lagi apabila virus corona terus mewabah dan menjadi semakin tidak terkendali.
Karena itu, Nevi mwndorong Holding BUMN Farmasi dapat bekerjasama dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk dapat memproduksi kebutuhan kesehatan masayarakat seperti masker Non Medis sehingga menjaga keberlangsungan ekosistem UMKM ditengah Pandemi Covid-19.
Menurut dia, UMKM perlu dibina dan dikembangkan sehingga mampu memproduksi produk sesuai standard sekaligus meningkatkan skala usahanya. “Saya berharap pemerintah melalui Holding BUMN Farmasi mampu berjaya dalam negeri sendiri dengan produk berbahan baku lokal, harga murah dan standard tinggi. Selain mampu membangun keamanan yang sehat sekaligus membantu negara dalam kontribusi pendapatan negara bukan pajak”, demikian Hj Nevi Zuarina. (akhir)