Nobar Wayang Potehi di GKI Sulung Surabaya

  • Whatsapp

SIDOARJO, beritalima.com– Memperingati hari pahlawan 10 November bertempat di GKI, Jalan Sulung Surabaya diadakan nonton bareng (nobar) Wayang Potehi dari Klenteng Jombang dengan dihadiri sekitar ratusan member. Acara ini diikuti oleh warga sekitar, Gusdurian, Rumah Bhinneka, Paguyuban Budaya Jawi  Jenggala Manik, Pasukan Pelangi, Komunitas Tanoker Ledok Ombo.

Dan dimulai dari ramah tamah, selanjutnya menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, orasi kebangsaan dan perkenalan dari masing-masing komunitas . acara yang dimulai dari pkl 18:00 sampai selesai para penonton menyaksikan dengan khidmat dikarenakan adanya  pagelaran Wayang Potehi di Gereja dan dihadiri oleh lintas suku, agama. Kegiatan ini berakhir sekitar pukul 23:00 dengan foto bersema semua yang hadir.

“Dalam rangka hari pahlawan ini kita melakukan kegiatan yang bertemakan kebersamaan, karena adanya isu intoleransi yang dapat memecah belah bangsa Indonesia, radikalisme maka gereja mencoba merangkul semua golongan, dengan wayang Potehi dari Klenteng Jombang, dengan harapan agar jemaat gereja dapat berelasi, ramah terhadap umat lainnya dengan menjadi satu kesatuan dalam persaudaraan, seduluran bangsa Indonesia,” ungkap Pendeta Agustina Malik perwakilan GKI Sulung, Minggu, 12/11/17.

Menurut Irianto dari Rumah Bhinneka mengatakan bahwa momen ini sangat bagus karena Indonesia dibangun dari keberagaman, bahwa acara ini Wayang Potehi yang merupakan warisan dari budaya Tionghoa yang merupakan salah satu bagian dari budaya Indonesia.

“Wayang Potehi harus tetap dijaga dan dilestarikan, sebab ini bagian dari Indonesia dengan harapan agar kita hidup dalam damai, berdampingan, tanpa rasa curiga, tanpa ada sekat untuk membangun  negeri tercinta ini,” ujar Irianto.

Perwakilan Gusdurian  Suroboyo Igbal juga mengatakan bahwa tujuan dari acara ini untuk merekatkan kembali elemen-elemen masyarakat khususnya Surabaya, untuk turut serta menjaga dan merawat Kebhinnekaan.

“Karena hari Pahlawan tentu perjuangan pahlawan menyatukan  Indonesia dan menjaga Negara Indonesia,” kata dia.

Cici yang juga dari komunitas Tanoker Ledok Ombo Jember mengatakan bahwa usaha yang unik dan penting, karena merakit Indonesia yang multi kultular dan Bhinneka Tunggal Ika perlu lebih kreatif lagi, dan membangun jembatan yang belum nyambung, dimana upaya ini sangat inspiratif  karena ada di Gereja.

“Dan diharapkan nantinya kegiatan ini ada di komunitas dan pusat kebudayaan di daerah-daerah untuk merakit Indonesia, yang berbhineka serta berharap agar semakin disebar luaskan bukan hanya orang dewasa tapi anak-anak dengan mempraktekkan Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya.

Sementara itu Daim perwakilan Ponpes Ngalah Pasuruan menyampaikan sebagai sebuah bukti dengan latar beragam keyakinan, suku yang berbeda memang harus dirawat untuk menjaga perdamaian dengan harapan untuk generasi muda, agar terus menjaga apa yang sudah ada berdasarkan pendahulu kita dan kita rawat dan memberilkan edukasi untuk menjadi damai.

Sony yang merupakan dalang Wayang Potehi menambahkan sangat mengapresiasi kegiatan ini dan Wayang Potehi sudah diakui oleh pemerintah sehingga, sudah bersifat universal bahkan tidak hanya di Gereja tapi juga di Ponpes ataupun di mall.

“Dan pemainnya telah terjadi asimilasi suku yang membuktikan bahwa pemersatu bangsa adalah kebudayaan. Dan ceritanyapun telah berkembang tidak selalu tentang raja-raja tapi apa yang menjadi trend saat ini bisa dimainkan di Wayang Potehi,” imbuhnya. (Tanto)

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *