Fatce|Bukannya nona pegawai bank itu tidak mau membalas suratmu. Ia sudah menulis suratnya, namun tidak pernah dikirim padamu. Surat itu ia simpan bersama tiga suratmu didalam diarynya bersampul gambar Xabi Alonso yang berlari saat Bale mencetak gol ke 2 di Ladecima Real Madrid melawan Atletico Madrid. Surat-surat itu sering ia ambil untuk dibaca kembali didalam kamarnya. Didekap dalam pelukannya suratmu itu. Nona pun menangis, Boy.
Juga poster pemberianmu yang tertulis :
“Diatas juanga, panji Al-Hanafiyah manyala.Kapata taika deng dara. Bunyi tifa sampe di Madina.Baabullah berangkat dari tanah Sula.Bela bangsa, menangkan agama.” (Lifmatola, 1557).
yang ia beri bingkai dan digantung dengan rapi didalam kamarnya, seperti rindu padamu yang tak berkesudahan.
Sama sepertimu, Boy. Nona itu juga nelangsa. rindunya juga sudah lebam dan membiru. Ingin sekali ia mengabarimu, membagi kerinduannya, namun karena Kesibukanmu sebagai koordinator advokasi dugaan praktek Mafia Minyak Tanah dan Bocornya Masjid Raya, sehingga tak mau ia ganggu.
Lifa sering membaca aktivitasmu melalui media sosial, Boy. Ia setuju dan mendukung dengan apa yang kamu lakukan. Terjadinya kelangkaan Miyak Tanah dan Bocornya Masjid Raya tidak boleh didiamkan. Mengapa bisa terjadi selisih 3 pangkalan minyak tanah antara pemerintah daerah dan PT. S? Di pemerintah daerah, pangkalan minyak tanah yang terdafar berjumlah 98, sedangkan di PT. S penyaluran minyak tanah dilakukan di 101 pangkalan. Sedangkan untuk Masjid Raya, mengapa bisa terjadi kebocoran? Padahal masjid baru saja selesai direhabilitasi dengan anggaran negara sebesar 2 miliar rupiah.
Tiga hari lalu, saat Nona mencuci piring sehabis sahur, ibunya bertanya. Siapa pacarmu, Lifa? Kapan dia datang kerumah? Lifa hanya terdiam. Ia menatap ibunya dan berkata. Nantilah, Bu. Jika laki-laki itu sudah mau datang baru saya kasih tau ke ibu, ucap Lifa denga nada penuh harap.
Lifa pun langsung masuk ke kamar usai membantu ibunya didapur. Ia memakai mukenanya saat Adzan subuh sudah berkumandang. Dalam sujudnya ia menangis. Ia berdo’a agar Allah SWT senantiasa memberimu sehat, Melindungimu dalam setiap perjuanganmu dan memberimu hidayah untuk dapat mengetahui jejak leluhurmu dalam menaklukan benteng Nostra Senora De Rosario, Boy.
Setelah sholat, Lifa mengambil diarynya. Ia baca surat yang telah ia tulis untukmu. Di paragraf terakhir nona itu menulis :
“Sonyinga ngona sado gati re” (Mengingatmu hingga seperti ini)
“Ongo tege dodomura” (Air mata mengalir bak timah)
“To lupa ngona ua” (Aku tidak melupakanmu)
“Duga ngona te ri nyinga” (hanya kamu di hatiku)
“Lifa mendekap diarynya erat-erat”. Nona itu menangis, Boy.
(Minggu 2 April 2023. Ditulis di Kamas Mata, Fatce)