SURABAYA, Beritalima.com |Rektor universitas Airlangga Prof M Nasih mengungkapkan kegembiraannya karena obat ramuan untuk pasien Covid-19 buatan Unair sudah mendapat pengakuan, baik dari BIN, laboratorium biologi TNI, dan beberapa lembaga terkait. Bahkan Prof Nasih mengaku saat ini obat temuan Unair ini tinggal menunggu ijin edar, Minggu (16/8/2020)
“Obat yang kemarin sudah dirilis itu, saat ini sedang menunggu panggilan dari BPOM. Dan tentu BIN dan KASAT untuk bisa mempresentasikan, khususnya untuk bisa memperlancar proses terbitnya ijin produksi dan kita bisa memproduksi secara massal,” terang Prof Nasih.
“Dalam pembicaraan kemarin Insyaallah Rabu nanti akan ada pertemuan dengan BIN, BPOM, mudah-mudahan kita akan bisa menjelaskan dengan lebih clear, lebih gamblang, berbagai macam isu yang mungkin masih ada perbedaan pandangan dan tindakan, kita Jelaskan,” lanjutnya.
Prof Nasih mengungkapkan bahwa pihaknya masih menunggu kalau ada pembicaraan yang termasuk dalamnya adalah diajak untuk mendiskusikan berkaitan dengan syarat teknis.”Nanti pembicaraan itu berkaitan dengan bahannya gimana dan lain-lain. Pembicaraan ini melibatkan kawan-kawan di Kimia Farma dan juga di lembaga biologinya angkatan darat yang akan ikut memproduksi. Untuk itu kami melakukan persiapan-persiapan lebih teknis agar obat ini juga bisa segera di produksi bila izin edarnya sudah kami peroleh,” papar Prof Nasih.
“Lebih dari itu, langkah selanjutnya kita sudah lakukan uji coba bukan hanya anggota TNI saja, tapi masyarakat umum juga. Jadi total kita itu sudah punya yang kita evaluasikan 1100 orang, sedangkan yang memenuhi persyaratan inklusivitas dan lain-lain jumlahnya sekitar 750 orang, dan itu bukan hanya dari TNI tetapi juga dari arah RSUA, dari Lamongan, dari rumah sakit Polri dan lain-lain. Jadi memang mengikuti multisenter,” tutur Prof Nasih.
Lebih jauh Prof Nasih mengatakan, memang ada beberapa proses yang sejak awal ini di awal-awal pihaknya menyiapkan untuk semua multisenter yang ada di RSUA, yang di Lamongan, yang di Kediri yang di semua 13 multisenter yang mereka punya itu, dalam masa persiapan sudah mulai berjalan 12 hari. 3 hari kemudian ada komentar.”Barangkali kasus di rumah sakit itu, ya kita dipanggil untuk ikut menangani di sana. Tentu fokus kita kemudian menjadi terbelah ketika persiapan di tempat yang lain itu sudah siap, kemudian kita diajak menangani di sana, ya sekaligus kita manfaatkan untuk area di klinik ini. Ya meskipun itu di luar rancangan kita, tapi kita sudah minta perubahan perbaikan ke BPOM untuk bisa memasukkan itu. Sepanjang memenuhi persyaratan dan yang terpenting adalah bahwa untuk yang di Bandung pun sebenarnya juga sudah melakukan interaksi,” tambahnya.
“Dari inspeksi itu juga teman-teman sudah kita tindaklanjuti semuanya di awal tidak ada pertemuan. Temuan-temuan yang kita sudah bisa ditindaklanjuti semua. Semua temuan, termasuk tindak lanjut yang akan yang dikoordinasikan oleh dokter yang ada di masing-masing rumah sakit yang terlibat di dalamnya,”
Prof Nasih menyampaikan, dari hasil uji coba, obat Covid-19 ini memiliki efektifitasnya sampai 98% untuk kombinasi yang kedua, salah satu dari tiga kombinasi yang kita uji coba. Dari awalnya kan kita punya 5 kombinasi, kemudian disarankan jangan 5 terlalu berat, tiga saja yang punya potensi lebih besar.
“Dari 3 itu kemudian kita masuk ke uji klinik, hasilnya yang paling rendah dari angka 92%, yang tertinggi ada di angka 98% contoh efektivitas dari obat yang ada berdasarkan sampel yang kita ambil secara acak di lapangan,” pungkasnya.(yul)