SURABAYA, Beritalima.com |
Beberapa waktu lalu pengguna Tiktok sempat dikejutkan dengan salah seorang pengguna yang membuat video mengenai obat Duphaston. Dalam video tersebut disebutkan beberapa kegunaannya, antara lain, obat untuk menstruasi yang tidak teratur, lapisan rahim yang berada di luar rahim, menstruasi yang menyakitkan, tidak subur, mencegah keguguran, serta mengobati gejala PMS (Premenstruation syndrome). Namun, dalam video tersebut tidak disebutkan mengenai kandungan bahkan efek samping yang diakibatkan obat tersebut.
Video tersebut mendapat tanggapan yang beragam dari pengguna Tiktok, ada yang memberikan testimoninya perihal obat tersebut. Bahkan ada yang menanyakan tempat di mana mereka bisa mendapatkan obat tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Prof. Dr. Suharjono, MS., Apt., mengatakan bahwa obat Duphaston tidak boleh digunakan sembarangan. “Obat ini isinya analog progesterone. Khasiatnya untuk memperkuat kandungan pada trimester pertama agar tidak keguguran,” ujarnya.
“Obat ini termasuk dalam jenis obat keras. Tidak bisa digunakan sembarangan, harus dengan resep dokter. Umumnya yang memberi resep ini dokter spesialis kandungan,” imbuhnya.
Dalam wawancara yang dilakukan tim UNAIR NEWS pada Selasa (2/2/2021), Prof. Suharjono berpesan kepada apoteker untuk mengedukasi masyarakat dengan benar. Ada beberapa hal yang harus apoteker sampaikan kepada masyarakat. Pertama, edukasi mengenai keamanan obat.
“Edukasi yang disampaikan, misal efek samping bila ada serta cara menghindarinya. Lalu apabila terjadi efek samping, maka sarankan untuk melapor kepada dokter pemberi resep atau apoteker yang sedang bertugas,” katanya.
Kedua, edukasi perihal dosis yang harus dikonsumsi. “Edukasi dosis yang harus diminum, frekuensinya, cara minumnya sebelum atau setelah makan, waktu yang tepat untuk minum obat pagi, sore, atau malam, cara minumnya seperti apa apakah ditaruh di bawah lidah, dikunyah, atau ditelah utuh,” ujar Prof. Suharjono.
Ketiga, lama penggunaan obat.
“Tidak semua obat penggunaannya seterusnya. Ada yang dosis tunggal, berulang beberapa hari sampai bulan dan tahun untuk penyakit infeksi seperti HIV/AIDS, non-infeksi atau degeneratif seperti diabetes, hipertensi, epilepsi,” tuturnya.
“Masyarakat harus diberi edukasi bagaimana cara menyimpan obat dan cara untuk mengulang mendapatkan obat. Jika ada obat sisa jangan mudah memberikan ke orang lain,” imbuh Prof. Suharjono.
Prof. Suharjono juga berpesan masyarakat untuk berhati-hati dalam membeli obat. Mengingat, tidak semua obat bisa diperjualbelikan secara bebas.
“Jika membutuhkan obat bisa datang dan menemui apoteker yang bertugas. Tapi belilah obat yang sesuai indikasi dan aman, terutama obat yang dijual bebas bukan obat keras,” terangnya.
Ia juga berharap masyarakat tidak mudah percaya akan segala informasi yang diberikan melalui sosial media dan harus lebih berhati-hati. “Masyarakat harus mengenali siapa yang memberikan informasi dan identitasnya harus jelas,” pungkasnya. (yul)
Gambar 2 : GURU besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Prof. Dr. Suharjono, MS., Apt.