ACEH UTARA, Beritalima – Bangkit dari dilematisir syariat, objek wisata lokal yang telah di diakui tingkat nasional, wisata pantai Bantayan Kecamatan Seunudon, Aceh Utara kian berkembang pesat. Padatnya pengujung membuat tempat tersebut over kapasitas.
Sebelum memasuki bulan suci ramadhan, para pengunjung lokal beramai-ramai menikmati suasana asri pantai Seunudon, pada Minggu (13/05/18). Mungkin dengan mengunjungi tempat wisata tersebut, makna tersirat bagi warga untuk mengakhiri hari bebas dan mempersiapkan diri untuk menyambut bukan suci umat islam itu.
Sedikitnya, sekitar sepuluh ribuan pengunjung sasaki wisata pantai terkait, sejumlah tiket yang terjual nyaris tidak mencukupi. Para pengunjung yang datang tidak hanya dalam wilayah Aceh Utara, namun, banyak pengunjung yang hadir berasal dari Aceh Tamieng, Langsa, Aceh Timur, Kota Lhoksemawe dan Bireuen.
“Sebanyak 2.000 tiket kenderaan habis. 200 untuk pengunjung kenderaan roda empat dan 1.800 untuk pengunjung yang menggunakan kenderaan roda dua,” kata ketua umum panitia pantai Seunudon, Amrizal alias Geuchik Amri.
Terlihat para rombongan baik bus, mobil penumpang bahkan ada yang menggunakan mobil pick up berbondong-bondong untuk mandi laut. Tak hanya kaula muda, para ibu-ibu dan bapak-bapak ikut meramaikan tempat tersebut.
“Puncak keramaian sejak pagi tadi sekitar pukul 10.00 Wib, para pengunjung terpaksa harus silih berganti, karena tempat wisata ini terlalu sesak,” lanjutnya.
Para pengunjung yang hadir mulai terlihat berdesakan sejak memasuki gerbang kecamatan tersebut, sepanjang jalan, para pengguna jalan harus berantrian karena macet. Sebagian pengunjung terpaksa harus kembali jelang gelap, lantas jalan satu-satunya yang dilalui oleh pengunjung tersendat.
“Melihat minat pengunjung saat ini, kami membutuhkan peningkatan sarana dan prasarana wisata. Kita harapkan, objek wisata islami ini menjadi ikon bagi Kabupaten Aceh Utara,” harap Amri.
Luasnya pantai dengan tingkat kedangkalan laut yang begitu aman bagi keluarga, sudah sewajarnya tempat itu dipilih oleh pengunjung. Mencapai pantai Bantayan juga sangat mudah dan terbilang dekat dengan pusat kota Pantonlabu, Aceh Utara.
Hanya saja, panitia pengelola pantai masih mengeluhkan kurang alat untuk bekal pengawasan bencana. Pantai tersebut membutuhkan unit speed boad, baju apung dan kebutuhan pengawasan keamanan pantai lainnya.
“Selain itu kami sangat membutuhkan tempat parkir. Arealnya masih tersedia, namun menggunakan dana des belum mampu kami wujudkan, karena membutuhkan anggaran besar. Demikian pula, para pengunjung membutuhkan sarana dan prasana lainnya, seperti MCK,” tukasnya.
Gechik setempat kepada wartawan mengakui pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisirnya mulai tumbuh dengan objek wisata tersebut. Pendapatan jualan warga bertambah. Bahkan, persedian bahan kebutuhan makanan yang tersedia tidak mencukupi stok warga pesisir desa Bantayan.
“Saat ini, pendapat warga tidak hanya saja Bantayan, namun warga luar juga mengandalkan objek wisata ini. Mereka sudah kami sediakan Cavling warung, jadi warga desa tetangga seperti Teupien Kuyuen, Ulee Rubek Timur dan sekitarnya sudah mendapatkan ekonominya disini,” ujar Fazal Umri.
“Kami harapkan, demi kemaslahatan bersama, para pengunjung kami persilahkan menikmati keindahan alam pantai laut Bantayan, nikmati makanan yang disediakan penjual. Namun, mohon ikuti peraturan tetang bagaimana cara berkunjung ke Bantayan yang saat ini orientasinya adalah wisata islami. Melanggar syariat tetap kami tindak baik secara adat atau hukum yang berlaku,” pinta Geuchik Fauzal kepada calon pengunjung objek wisata yang telah memasuki sebagai 20 besar objek wisata pantai nasional tersebut. (EN)