Nur Hikmah
Mahasiswa Komunikasi
Universitas Muslim Indonesia Makassar
Ojek salah satu sarana transportasi konvesional yang dengan mudah ditemukan di perempatan jalan di sudut Kota Metropolitan Makassar.
Kehadiran barisan ojek ini secara langsung membantu percepatan sarana angkutan di tengah kemacetan arus lalu lintas yang sangat parah di Makassar.
Walau demikian keluhan dari pelanggan ojek ini sering kali mengemukan karena soal tarif yang tidak jelas dan kadang tidak masuk akal. Akibatnya, terkadang penumpang dan pengojek seringkali salah paham soal tarif yang memberatkan itu.
Perubahan teknologi dalam transportasi kemudian membawa dampak luar biasa pada sarana angkutan umum dengan berlakunya ojek menggunakan system online yang popluer dengan istilah Go-jek.
Kehadiran sarana angkutan berbasis online ini serta merta membawa lompatan percepatan dalam penggunaan angkutan ojek di Makassar.
Dari segi tarif terjangkau dan penuh dengan kepastian. Sebelum diantar ke tujuan sudah jelas berapa tarif yang harus di bayar .
Dua tahun akhir ini sudah tidak asing dengan yang namanya transportasi online atau biasa disebut dengan Go-jek oleh masyarakat Kota Metropolitan Makassar.
Kehadiran ojek modern yang bisa diakses mudah lewat aplikasi ponsel membuat masalah baru. Ojek konvensional yang ada di pangkalan memprotes.
Mereka menganggap ojek “baru gede’ itu menurunkan omzet mereka. Menjaring penumpang diam-diam, atau bahkan dituduh mencuri penumpang.
Namun seiring berjalannya waktu Go-jek online, pada dasarnya tidak semua masyarakat mengetahui cara mengaplikasikan. Tetapi kehadirannya mengakibatkan ojek konvensional semakin tersingkir dan ditinggalkan penumpang.
Pilihan konsumen ke Go-jek online karena memiliki kecepatan, tepat waktu dan kepastian harga. Di era digital masyarakat lebih memilih Go-jek online sebab sudah bisa mengetahui kisaran harga ketika ingin berpergian ketempat yang dituj.
Sisi lain Go-jek online juga memberikan pelayanan yang baik terhadap setiap penumpang. Selain itu Go-jek selalu memberikan potongan harga terhadap penumpang.
Persoalannya, kehadiran Go-jek online mengakibatkan ojek konvensional merasa mata pencariannya berkurang akibat kemunculan Go-jek online dan pengaruh lainnya sering terjadi perselisihan antara pengendara ojek dan Go-jek.
Penolakan dan penentangan kehadiran Go-jek di Makassar sudah sering terjadi dalam aksi demo dan sejenisnya. Aksi sweping ojek online ini saat aksi demo malah berujung pada tindakan anarki.
Melarang dan menghapus operasional Go-jek di Makassar, sulit dilakukan karena ini sudah terkait pertarungan mencari dan mempertahankan kehidupan. Kedua profesi ojek dan G0-jek sama-sama mencari hidup dengan alat yang berbeda sangat jauh.
Ojek dengan pola konvensional, klasik dan monoton, sementara Go-jek sangat tinggi mobilitas dengan tarif relatif mudah dan sangat cepat karena menggunakan aplikasi komputer.
Realitas sosial kekinian, faktor inovasi dan perubahan menjadi hal yang sangat menentukan dalam konflik ojek dan Go-jek. Sepanjang ojek tidak mampu berubah dan meneriman inovasi maka perlahan akan dilibas oleh perubahan itu.
Digitalisasi proses kehidupan, memaksa ojek harus melakukan adaptasi dan penyesuaian alat transportas yang digunakan mencari penghidupan. Aplikasi digital sudah menjadi keharusan.
Kecepatan informasi di masa kini, beriringan pula dengan proses percepatan perubahan sosial dan kehidupan.
Pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang semuanya serba digital, sehingga boleh dikata pemenuhan kebutuhan itu dilakukan serba digital termasuk sarana ojek dengan sistem aplikasi Go-jek.***