JAKARTA, beritalima.com | Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendukung penuh upaya percepatan vaksinasi di tengah tingginya laju penyebaran Covid-19. Percepatan vaksinasi diharapkan akan menciptakan kekebalan komunal yang mendukung mobilitas masyarakat dengan protokol kesehatan yang ketat sehingga perekonomian bisa kembali bergerak.
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK, Anto Prabowo, mengatakan, tingginya penyebaran Covid-19 telah menjadi perhatian OJK. OJK mencermati dampaknya terhadap potensi peningkatan risiko pada sektor jasa keuangan.
Dikemukakan, OJK sendiri saat ini tengah menggelar vaksinasi massal untuk sektor jasa keuangan dan masyarakat dengan target minimal 345 ribu orang sampai Juli 2021. Kegiatan ini sudah diawali di Jakarta dan beberapa kota pada pekan lalu.
Selain itu, OJK mengambil langkah cepat bersama Polri untuk menindak pinjaman online ilegal yang berpotensi melanggar hukum. Pinjol ilegal ini sangat merugikan masyarakat, karena tingkat bunga yang sangat tinggi, masa peminjamannya yang tidak transparan, penyebaran data pribadi hingga penagihan yang disertai ancaman dan kekerasan.
OJK yang tergabung dalam Satgas Waspada Investasi secara rutin sudah melakukan cyber patrol dan menutup aplikasi atau website pinjol ilegal tersebut. Edukasi ke masyarakat juga terus dilakukan OJK bersama SWI untuk tidak memanfaatkan pinjol ilegal dan hanya menggunakan fintech lending resmi terdaftar dan berizin OJK.
Selain itu, lewat rilis yang diterima media ini pada Rabu (23/6/2021) malam, OJK juga menjelaskan perihal data perekonomian domestik terkini, yang disebutkan masih menunjukkan pemulihan yang terus berlanjut sejalan dengan perbaikan ekonomi global terutama di negara-negara ekonomi utama dunia seiring dengan laju vaksinasi dan penanganan pandemi.
Namun demikian, disebutkan pula, beberapa downside risks masih perlu diwaspadai antara lain potensi kenaikan laju kasus harian karena varian baru di tengah kelangkaan stok vaksin, tekanan inflasi dari sisi penawaran, dan ekspektasi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) yang lebih dini.
Di tengah perkembangan tersebut, pasar keuangan domestik dilaporkan tetap terjaga stabil. IHSG hingga 18 Juni 2021 tercatat ke level 6.007 atau menguat 1,0% mtd, sejalan dengan perkembangan pasar saham negara berkembang lainnya.
Sementara, pasar SBN terpantau menguat dengan rerata yield SBN turun 12 bps di seluruh tenor. Investor nonresiden juga mencatatkan net buy sebesar Rp3,89 triliun di pasar saham dan Rp21,09 triliun di pasar SBN.
Disampaikan pula, kredit perbankan pada Mei 2021 meningkat sebesar Rp32,23 triliun namun secara tahunan masih terkontraksi sebesar -1,23% yoy dengan nilai kontraksi yang semakin kecil. Perbaikan ini meneruskan tren positif selama 4 bulan ke belakang seiring berjalannya stimulus Pemerintah, OJK, dan otoritas terkait lainnya.
Diungkapkan, piutang perusahaan pembiayaan masih berada di zona kontraksi dan mencatatkan pertumbuhan negatif 13,7% yoy di Mei 2021. Posisi Devisa Neto Mei 2021 sebesar 1,88% atau jauh di bawah ambang batas ketentuan sebesar 20%.
Dikatakan, OJK secara berkelanjutan melakukan asesmen terhadap sektor jasa keuangan dan perekonomian guna menjaga momentum percepatan pemulihan ekonomi nasional serta terus memperkuat sinergi dengan para stakeholder dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan. (Gan)