BANYUWANGI, beritalima.com – Kantor Otoritas Jasa Keuangan (QJK) Regional 4 Jawa Timur mengadakan Evaluasi Kinerja BPR periode Semester I tahun 2019 dan Workshop Penerapan Manajemen Risiko BPR pada hari Senin, 1 Juli 2019 bertempat di Hotel Ketapang Indah, Banyuwangi, yang mengangkat tema Penerapan Manajemen Risiko untuk Mendorong Kinerja BPR di Jawa Timur Pertemuan tersebut dihadiri cleh Direksi dan Komisaris dari 112 BPR se Jawa Timur, merupakan salah satu wujud konkrit concern OJK terhadap perkembangan industri BPR di Provinsi Jawa Timur yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun.
Dalam kegiatan evaluasi ini, perkembangan kinerja BPR sampai dengan triwulan I tahun memberikan recycling program berupa capacity building kepada Pengurus BPR dalam bentuk Sosialisasi SEOJK No.1/SEOJK.03/2019 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi BPR oleh OJK dan workshop Penerapan Manajemen Risiko melalui sharing knowledge oleh nara sumber cari salah satu BPR yang telah OJK memberikan pemaparan mengenai 2019 serta menerapkan manajemen risiko.
Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Heru Cahyono, dalam sambutannya menyampaikan bahwa di tengah ketidakpastian berlanjut ekonomi Indonesia masih tumbuh positif yang ditopang oleh investasi dan konsumsi. Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2019 diproyeksikan 5,2% Pn pada triwulan I tahun 2019 terealisasi 5,07% (yoy ) , sementara inflasi terjaga di 3,32 % ( yoy) . Selain itu, Indenesia dirilai positif di komunitas global Rating investment Indonesia cukup baik dengan daya saing global yang terus meningkat, dimana S&P pada akhir Mei 2019 menaikkan rating Indonesia menjadi “BBB” dengan outlook stabil economi global yang masih terus Heru Cahyono juga menyampaikan bahwa ekonomi Jawa Timur pada triwulan I – 2019 tumbuh 5,51 % (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional (5,07%) dengan tingkat inflasi sebesar 2,70% ( yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (3,32 % ) .
Sejalan dengan hal tersebut, sektor jasa keuangan di Jawa Timur juga mencatatkan kinerja yang positif, tercermin dari peningkatan volume usaha perbankan 8,22% (yoy) menjadi Rp593,9 Triliun yang ditopang oleh pertumbuhan DPK sebesar 8,32 % (yoy) menjadi Rp554,7 Triliun dan Kredit sebesar 8,99% ( yoy ) menjadi Rp482,4 Triliun.
Pangsa aset BPR konvensional terhadap industri perbankan di Jawa Timur mencapai 2,36%, sedangkan pangsa DPK sebesar 1,67 % dan kredit 2.136 BPR konvensional relatif rendah namun mencatatkan Meskipun pertumbuhan volume usaha yang baik sebesar 5,42% (yoy) menjadi Rp14 Triliun, DPK 6,2% (yoy menjadi Rp9,3 Triliun dan Kredit 6,81% ( yoy) menjadi Rp10,3 Triliun.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat Jawa Timur terhadap perbankan dan khususnya BPR masih terjaga dengan baik Industri BPR pangsa Timur diharapkan dapat berperan aktif dalam meningkatkan di Jawa pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur terutama pada sektor UMKM.
OJK akan mendorong pertumbuhan kredit industri BPR di Jawa Timur dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian mengingat NPL BPR konvensional di wilayah Kantor OJK Regional 4 sebesar 8,26% Industri BPR dihadapkan pada berbagai macam kompetisi yang semakin ketat dan kompleks dengan berkembangnya perusahaan fintech yang memanfaatkan teknologi dalam menawarkan produk dan layanannya.
Oleh karena itu Heru Cahyono meminta agar BPR mampu lebih adaptif dan kreatif dalam mengembangkan produk dan layanan kepada masyarakat dengan memanfaatkan teknologi yang didukung SDM yang kompeten. tantangan dengan tingkat oleh Seiring dengan perkembangan industri ditunjukkan BPR yang berkembangnya jumlah jaringan kantor serta kompleksitas produk dan aktivitas, OJK Kantor Regional 4 Jawa Timur mendorong BPR untuk mengimplementasikan manajemen risiko yang dapat disesuaikan dengan kelompok kegiatan usaha dan kompleksitas usahanya.
Melalui SE OJK No.1/SEOJK.03/2019 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi BPR, menjadi salah satu upaya untuk memperkuat kelembagaan dan meningkatkan reputasi industri BPR sesuai dengan arah kebijakan pengembangar BPR dalam rangka menciptakan sektor keuangan yang berkelanjutan dan stabil serta memiliki daya saing yang tinggi.
Heru Cahyono berharap melalui sosialisasi dan ini tumbuh secara Heru Cahyono juga menyampaikan concern mengenai pentingnya penguatan mode bank untuk meningkatkan kapabilitas SDM dan pemanfaatan teknologi informasi agar dapat bersaing di tengah kompetisi yang ketat dan kompleks da mengingatkan agar BPR mengupayakan sejak dini kewajiban pemenuhan moč inti minimum yang harus dipenuhi pada akhir tahun 2019. (Bi/cand)