beritalima.com – Boneka setinggi 2,5 meter yang berbahan dasar bambu, muka berwarna merah, matanya melotot, bergoyang dengan iringan musik khas betawi yang biasa dikenal dengan sebutan ondel-ondel.
Ondel-ondel merupakan salah satu budaya Indonesia khususnya DKI Jakarta yang telah ditetapkan sebagai maskotnya kota Jakarta. Dikutip dari indonesiakaya.com, awalnya ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Namun, kemudian ondel-ondel lebih sering dipertunjukkan untuk menyemarak pesta rakyat, penyambutan tamu kehormatan, arak-arakan pengantin sunat atau acara pernikahan.
Ondel-ondel diiringi oleh beberapa musik yang berbeda, tergantung dari masing-masing rombongannya. Ada yang diiringi tanjidor, pencak Betawi, dan brende.
Pada zaman dahulu, ondel-ondel digunakan untuk acara penting masyarakat betawi seperti, khitanan, pernikahan, hajatan, dan menyambut tamu yang dihormati. Namun, sekarang ondel-ondel sudah berubah fungsinya yaitu sebagai alat untuk mencari nafkah seperti mengamen di jalanan. Banyak masyarakat yang setuju dengan hal itu dan banyak pula yang tidak setuju. Bagi masyarakat yang setuju, dengan adanya ondel-ondel yang keliling di jalanan akan melestarikan budaya Betawi agar pendatang baru mengetahui apa maskot kota Jakarta.
Bagi masyarakat yang tidak setuju berpendapat bahwa dengan cara seperti itu akan merusak budaya Betawi karena akan menurunkan nilai seni dan budaya daerah tersebut. Tidak sepatutnya melestarikan budaya Betawi dengan cara mengamen di jalanan. Hal tersebut disampaikan oleh Abdul Somad sebagai salah satu ketua komunitas betawi yang berada di daerah Jakarta.
Menurut Aditya Maulana, salah satu masyarakat Betawi asli berkata, “Awalnya bagus sih ingin melestarikan budaya Betawi kepada masyarakat, tetapi lama kelamaan semakin banyak orang ingin melestarikan budaya tersebut jadi seperti mencari nafkah dengan cara mengamen menggunakan maskotnya kota Jakarta.”
Pemerintah kota Jakarta seharusnya mengambil sikap untuk melestarikan budaya Betawi yang satu ini. Apakah sudah sepantasnya yang dikatakan maskotnya kota Jakarta menjadi tempat untuk mencari nafkah yaitu mengamen di jalanan. Bukan hanya budaya Betawi saja, tetapi seluruh budaya yang ada di Indonesia.
Dinar Triana Annisa
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta