Oleh:
Rudi S Kamri
Apa hikmah yang bisa kita petik dari bencana Covid-19 yang telah memakan korban lebih dua juta orang dan ratusan ribu jiwa meninggal dunia? Ada yang bilang bencana tetap bencana harus kita hadapi dan tangani tanpa harus mencari tahu apa hikmahnya.
Saya berpikir sebaliknya. Selalu ada hikmah di balik bencana. Manakala Tuhan memberi peringatan berupa kejadian setragis apapun pasti ada maksud dan tujuannya. Kita ambil contoh, tragedi bencana gempa dan tsunami yang menerjang Aceh pada 26 Desember 2004 lalu yang memakan korban jiwa sekitar 250 ribu orang. Bisakah kita bayangkan akan terjadi perdamaian antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berujung pada penandatanganan MOU Helsinki pada 15 Agustus 2005, tanpa ada peristiwa tsunami? Bagi saya hikmah terbesar tragedi tsunami Aceh adalah terciptanya perdamaian di Aceh sampai hari ini. Selalu ada hikmah di balik bencana.
Pun pula adanya tragedi bencana non alam wabah virus corona yang kita kenal dengan Covid-19 ini. Untuk Indonesia sampai hari ini sudah lima ribu orang lebih terdeteksi positif terpapar Covid-19. Dan mungkin masih akan terus bertambah. Apa hikmah yang bisa kita petik:
PERTAMA
Pemerintah harus punya strategi ‘contingency plan’ atau perencanaan panduan untuk menghadapi kejadian yang di luar dugaan. Dan ini terlihat belum sempurna dimiliki oleh pemerintah saat ini. Banyak pejabat yang terlihat masih gagap dalam menghadapi Covid-19 ini. Koordinasi antar pejabat dan instansi pemerintah juga masih buruk. Dan ini PR besar yang harus segera dibenahi oleh pemerintah.
KEDUA
Masyarakat menjadi begitu sadar akan kesehatan. Saat ini terlihat masyarakat selalu menggunakan masker kemana- mana. Berolahraga setiap pagi atau sore. Suatu pemandangan yang langka kita temui sebelumnya di negeri ini. Dan banyak orang mulai membiasakan pola hidup yang sehat dan bersih. Mandi minimal 2 kali, cuci tangan berpuluh kali dalam sehari. Membersihkan rumah dengan disinfectan di dalam maupun di luar rumah. Padahal kalau kita kritisi apakah kalau tidak Covid-19, kita tidak perlu cuci tangan, pake masker dan menyemprot sekeliling rumah kita dengan disinfectan? Tetap perlu. Karena setiap hari, setiap saat, virus selalu ada dimana-mana di sekitar kita. Mudah- mudahan pola hidup sehat dan bersih ini tetap terjaga meskipun bencana corona telah berlalu.
KETIGA
Bangkitnya kembali jiwa solidaritas sosial dan saling berbagi dari masyarakat yang berkecukupan kepada saudara-saudara kita yang perlu dibantu. Tanpa perlu memandang agama, preferensi politik dan perbedaan lain, gerakan sosial dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ini terus bergerak secara masif tidak terbendung. Inilah jati diri dan DNA yang sebenarnya dari bangsa ini. Jiwa sosial dan gotong royong.
KEEMPAT
Dengan adanya wabah corona ini semua anggota keluarga semakin banyak waktu untuk bertemu, berinteraksi dan berkumpul. Ini kejadian langka yang jarang kita bisa kita lakukan sebelumnya. Selama ini kita sibuk dengan aktivitas kita masing-masing. Kita jarang ketemu orangtua atau anak-anak kita. Bagi saya ini suatu berkah yang luar biasa.
KELIMA
Dengan kejadian wabah corona ini, alam jadi semakin bersih, polusi udara jauh berkurang dan langit menjadi semakin cerah. Ini suatu kejadian yang luar biasa yang harus kita syukuri bersama.
Tidak ada yang kebetulan terjadi di dunia ini tanpa ada kehendak Tuhan atas semua peristiwa. Meskipun banyak saudara kita yang jadi korban, ekonomi kita jauh lebih merosot, tapi kita harus tetap positif melihat cakrawala kehidupan di depan kita. Kita masih beruntung diberikan kehidupan yang bisa kita nikmati.
Kita berharap bencana ini segera berlalu. Tapi kita juga berharap kebiasaan kita selama adanya bencana ini seperti pola hidup sehat dan bersih, jiwa saling berbagi, intensitas hubungan antar keluarga tetap kita pertahankan. Kebiasaan baik ini mudah-mudahan menjadi budaya baru bagi bangsa ini.
Pun juga di bidang manajemen birokrasi dan koordinasi antar pejabat Pemerintah mudah-mudahan akan semakin baik ke depannya. ‘Bleesing’ lain untuk Presiden Jokowi dengan adanya bencana nasional ini bisa melihat dengan jernih siapa-siapa pejabat yang harus diganti secepatnya dan mana pejabat yang harus dipertahankan.
Selalu ada hikmah di balik bencana. Hal kecil yang saya alami, saya semakin bisa berhemat untuk mengeluarkan uang. Karena bagi saya bencana ini ibaratnya BUKAN lomba lari jarak pendek (sprint) tapi maraton. Kita harus menjaga stamina di awal, menjaga endurance dan mengatur nafas dengan hikmat, agar kita tidak letih dan habis tenaga saat mencapai garis finis.
Salam SATU Indonesia
16042020