Outlook Ritel Modern : Minta Kepada Pemerintah Sektor Perdagangan Menjadi Sektor Prioritas

  • Whatsapp

Jakarta | beritalima.com – Sektor ritel modern perlu dijadikan sector prioritas saat pandemik Covid-19 masih terjadi sehingga menurutnya Ritel Modern dapat terus beroperasi melayani kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat seta sebagai tempat pembentuk nilai komsumsi rumah tangga bagi hamper 60% PDB Indonesia.

Demikian hal itu diungkapkan Roy N Mandey selaku Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) pada saat Outlook Ritel Modern dan Mall dalam situasi pandemic dan post covid-19 serta catatan dalam masa PPKM level IV, secara daring, Kamis (22/7/2021) bersama Alphonzus W selaku Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesa (APPBI).

Selama ini menurutnya yang dikontrol sektor bawah kendati tidak mempermasalahan bantuan untuk mereka tapi yang besar juga harus dibantu. Tegasnya bila korporasi besar tidak dibantu atau bangkrut, dengan asumsinya akan terjadi too big too fall dan investor dipailitkan yang pada gilirannya berdampak pada kehancuran ekonomi di dunia. Namun ironisnya, menurut Ketum APRINDO, korporasi seringkali dianggap sanggup menyelesaikan sesuatu.

“Jadi selama PPKM sama sekali tidak ada bantuan untuk korporasi yang dalam hal ini sektor swalayan atau mall. Sementara sektor barang harus tetap terjaga, dimana kalau kita buka ritel atau mall secara otomatis menjual makanan dan minuman. Kemudian outsourching dan karyawan mall yang tinggal di kost-kostan termasuk ojek online akan mengalami dampak. Itulah yang sampai saat ini tidak diajak bicara,” tandas Roy kepada awak media yang hadir dalam acara outlook virtual.

Roy pun dalam hal seperti itu meminta kepada pemerintah bahwa sektor perdagangan menjadi sektor prioritas. Lebih lanjut diketahui Roy Mandey dalam APBN 2021 ada tujuh sektor yang menjadi sector prioritas diperkirakan kurang lebih pada kesehatan, ketahanan produksi pangan, tekstil, telekomunikasi, pariwisata, konstruksi, dan elektronik tapi pada perdagangan ritel tidak pernah dijadikan sektor prioritas.

“Sehingga kita tidak ada restrukturisasi kredit, gak ada fasilitasnya dan gak ada alokasi banknya. Yang kemudian keberkelanjutan pajak dua minggu lalu sudah terjawab sampai akhir desember, Ok. Bantuan operasional listrik untuk komersial 1500 per kwh tidak pernah turun selama masa pandemic, jadi masih sama sebelum pandemik. Kita membayar yang dignifikan padahal sector manufaktur dapat 30% dari jam 4 sore sampai jam 7 pagi subsidi listriknya,” terang Ketum APRINDO.

Masih ditegaskan Roy Mandey, terhadap persoalan balancing health dan economy, menurutnya sebagai sharing saja, yang sejatinya tidak mempermasalahkan masyarakat tradisionil terkait penanggulangan pendemik Covi-19 yang berkorelasi kepada pelonggaran mobilitas masyarakat saat pandemik melandai hingga bantuan sosial dan tunai yang akurat dan berkelanjutan bagi masyarakat marjinal menjadi akselerator pertumbuhan.

“Kita melihat pasar tradisional banyak pintu bisa masuk darimana saja dibanding ritel dan mall itu biasanya satu pintu, semuanya menerapkan prokes tapi kenapa kita belum bisa dibuka. Kita minta kepada pemerintah untuk dapat dibuka baik levelnya naik atau turun tetap dibuka karena sudah jelas – jelas menjalankan prokes disbanding pasar tradisionil,” jelasnya.

Masih ditambahkan Roy, ritel dan mall dibuka telah menyiapkan alat untuk pengunjung masuk termasuk pedagang yang ada di ritel dan mall semuanya sudah divaksin, kendati diinta untuk meningkatkan protokol kesehatan yang maksimal.

“Tapi pengawasan dan penindakan pemerintah dong, ajak bicara mall dan ritel bagaimana caranya bisa dibuat 50%, ayo satpol PP, ayo Satgas Covid dan bisa memeriksa mana yang prokes dan mana yang tidak prokes. Kita mau melakukan itu tapi siapa yang melakukan itu,” pungkas Roy.

Reporter : Dedy Mulyadi
Virtual Eastfood Indonesia Expo (3).jpg

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait