Kediri. Gelaran syukuran atas terpilihnya pimpinan strata desa dilangsungkan kemarin malam di halaman balai Desa Tanjung, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, pada pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon “Wahyu Cakraningrat” yang dibawakan Ki Dalang Rudi Gareng dari Blitar. Selain Kepala Desa Tanjung terpilih, Don VitoGusbaki, deretan tamu kehormatan lainnya juga turut hadir, diantaranya Danramil Pagu, Kapten Inf Tafsir, Kapolsek Pagu, AKP Setijo Budi dan Camat Pagu, Ahmad Wito Subagyo, minggu (05/03/2017)
Kapten Inf Tafsir pada sambutannya, menyampaikan pentingnya kerukunan antar umat beragama ditengah-tengah maraknya berita-berita atau informasi-informasi maupun media sosial yang menjurus ke arah SARA ,dan apapun latarbelakangnya, entah itu etnis atau agama, tidaklah menjadi persoalan, karena semua yang berstatus warga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Tindakan atau perilaku yang identik dengan provokatif, tidak dibenarkan sama sekali, karena akan membawa publik ke ranah adu domba, dimana bibit-bibit kebencian dan permusuhan ditanam untuk kemudian ditumbuhkan ditengah-tengah kehidupan sosial masyarakat.
AKP Setijo Budi menegaskan, seluruh warga Kediri pada umumnya dan Pagu pada khususnya, untuk tidak mudah terpancing atau terprovokasi oleh isu-isu negatif yang cenderung menyesatkan. Disamping itu, TNI dan Polri sangat solid membangun kekuatan untuk menangkal dan mencegah masuknya doktrin-doktrin yang ingin merubah ideologi Pancasila ,sekaligus merusak keBhinneka Tunggal Ikaan.
Cerita Wahyu Cakraningrat adalah bercerita tentang upaya tiga orang satria yaitu, Raden Lesmono Mandrakumara, Raden Sombo Putro dan Raden Abimayu yang berebut untuk mendapatkan kekuasaan. Ketiganya sama-sama berambisi besar menjadi Ratu, untuk itu, mereka harus bertarung dan mendapat gelar ”Wahyu Cakraningrat”,namun mendapatkan Wahyu Cakraningrat tidaklah mudah karena sejumlah syarat harus dipenuhi agar Wahyu Cakraningrat bisa majing atau sejiwa dengan satria terpilih.
Adapun syarat yang harus dipenuhi adalah mampu handayani kepada rakyat, berpegang pada kejujuran, mampu memberikan keteladanan, mampu memberikan rasa tenteram kepada rakyat, mampu memberi rasa kasih sayang pada rakyat, mempunyai perilaku amanah, mampu merekatkan seluruh rakyat tanpa memandang latar belakang, agama, ras dan budaya, serta harus peduli terhadap lingkungan. Diakhir cerita peperangan antara Kurawa dengan Pandawa tak bisa dihindarkan, namun tak ada si jahat dapat mengalahkan kebaikan.
(Pe )