beritalima.com – Pahlawan, itulah kata yang pantas didapatkan oleh ibuku tercinta. Tak terhitung sudah berapa banyak jasanya yang ibu lakukan untukku. Ibu selalu sabar saat mengurusiku, tak perduli berpapun umurku. Dari saat aku baru menghembuskan nafas di dunia hingga detik ini juga, kasih sayangnya tak akan pernah berkurang untuk selamanya.
Perjuangan menjadi seorang ibu tidaklah mudah, setelah Sembilan bulan di perutnya, ibu merawat, membesarkan, dan mendidikku untuk menjadi anak yang baik hinnga aku dewasa. Sewaktu kecil dulu, ibuku selalu membuatkan aku susu di tengah malam karena aku sering bangun dan menangis di tengah malam, menyuapiku makan, juga mengajariku ilmu pengetahuan dan masih banyak lagi yang tak terhitung kasih sayang ibu kepadaku.
Saat aku sakit, ibu selalu ada di sampingku menemaniku agar aku tenang. Bahkan ketika itu ibuku membelikan mainan mobil-mobilan kesukaanku agar aku senang dan tidak merasa tertekan karena sedang di rawat di rumah sakit.
Saat aku beranjak remaja, kasih sayang ibu tidak berhenti, beliau selalu bangun lebih pagi dariku untuk membuatkanku sarapan. Beliau juga sering membawakanku bekal ke sekolah agar aku tidak banyak jajan karena jajanan tidak terjamin kesehatannya. Ibu juga sering mengingatkanku untuk menyusun buku pelajaran agar tidak tertinngal.
Ibu juga sangat di siplin dalam hal belajar, setiap hari aku wajib mengulang kembali pelajaranku di sekolah. Memang pada saat itu aku merasa tidak suka dengan cara di diplin ibu yang begitu ketat, tapi kini kusadari semua itu untuk kebaikanku sendiri.
Selama ini aku merasa aku selalu mengecewakannya, padahal tak sepantasnya aku melakukan hal itu. Aku sangat ingin sekali membuatnya bangga tetapi entah mengapa aku merasa belum pernah melakukannya sama sekali. Meskipun seisi dunia tidak cukup untuk membalas satu tetes keringatnya akan tetapi setidaknya aku harus berusaha maksimal untuk berbakti padanya.
Jika ada kalimat “Kasih ibu sepanjang masa”, aku sangat percaya dengan hal itu. Selama mendidikku ibuku selalu sabar tanpa mengeluh sedkitpun. Ibuku adalah pahlawan bagiku.
Muhammad Subhi Putraprakoso
Politeknik Negeri Jakarta