Pajak Hiburan Bakal Naik, Kemenparekraf Tampung Aspirasi Pelaku Usaha

  • Whatsapp
Ilustrasi Hiburan

Jakarta, beritalima.com| Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Menparekraf Sandiaga Uno mengungkapkan pihaknya menampung dan menerima aspirasi para pelaku usaha parekraf terkait perubahan tarif pajak hiburan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

“Kami melalui Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis akan memfasilitasi setiap aspirasi dan memberikan tambahan informasi untuk pelaku parekraf dan juga ada helpdesk untuk mereka (pelaku parekraf),” kata Menparekraf dalam “The Weekly Brief with Sandi Uno” di Gedung Sapta Pesona, Jakarta (22/1/).

Bacaan Lainnya

Staf Ahli Menparekraf Bidang Manajemen Krisis, Fadjar Hutomo menambahkan, terkait hal ini Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf sedang mengkaji materi perubahan persentase tarif pajak hiburan.

“Kami terus berkomunikasi, berkoordinasi, dan menyerap aspirasi kawan-kawan di industri, termasuk proses yang sedang mereka lakukan dan diskusikan untuk mengawal hal itu,” tutur Fadjar.

Sedangkan Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kementerian Keuangan Lydia Kurniawati Christyana menyampaikan, pajak hiburan termasuk dalam Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT), sebenarnya tak mengalami kenaikan. Akan tetapi, nilai persentase pajak tersebut justru diturunkan dari semula paling tinggi 35 persen menjadi paling tinggi 10 persen.

“Sebetulnya, kurang tepat kalau dibilang bahwa pajak jasa hiburan ini tarifnya naik. Secara umum, Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) justru turun,” jelas Lydia.

Menurut Lydia, dalam UU ini ada 12 jenis PBJT atas Jasa Kesenian dan Hiburan. Di mana, dalam UU HKPD ini dicantumkan 11 jenis PBJT atas Jasa Kesenian dan Hiburan, seperti pajak pagelaran busana, kontes kecantikan, bioskop, hingga konser, yang dulu kena tarif pajak maksimal 35 persen, sesuai UU HKPD diturunkan menjadi 10 persen. Penurunan ini disesuaikan dengan PBJT jenis lainnya di dalam UU.

Sementara, ada pula beberapa jenis jasa hiburan tertentu yang dikenakan pajak sebesar 40-75 persen yaitu bar, kelab malam, diskotek, karaoke, dan mandi uap/spa.

“Urgensi kenaikan tarif ini adalah instrumen fiskal, dalam hal ini pajak tidak hanya mencari pendapatan sebanyak-banyaknya, tetapi instrumen fiskal ini juga berfungsi _regulatory_ melakukan pengendalian,” sebut Lydia.

Jurnalis: Abriyanto

beritalima.com

Pos terkait