JAKARTA, Beritalima.com– Pakar komunikasi politik Muhammad Jamiludin Ritonga menyayangkan ada pihak yang mengatakan puluhan ribu mahasiswa turun ke jalan ditunggangi kelompok tertentu.
“Pendapat demikian hanya bisa keluar dari orang-orang picik. Pernyataan tersebut jelas sangat tendensius dan ingin menyudutkan para mahasiswa buat kepentingan pribadi dalam kelompok mereka,” kata Jamiludin ketika bincang-binvang dengan Beritalima.com di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (25/9).
Dikatakan Jamiludin, maraknya para mahasiswa turun ke jalan di berbagai daerah di tanah air beberapa hari belakangan ini karena mereka ingin menyampaikan aspirasi yang tidak tersalurkan kepada DPR dan Pemerintah yang berkuasa.
Aspirasi para mahasiswa tersebut antara lain terkait sejumlah revisi undang-undang yang mereka nilai merugikan rakyat seperti revisi Undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK), Rancangan Undang-undang (RUU) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) dan RUU Pertanahan.
Selain itu, ungkap pengajar metode Penelitian Komunikasi, Riset Kehumasan serta Krisis dan Strategi Public Relation Universitas Esa Unggul Jakarta tersebut, para mahasiswa turun ke jalan juga untuk menyampaikan kegelisahan masyarakat kondisi bangsa belakangan ini serta naiknya harga kebutuhan rakyat seperti listrik, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kebutuhan pokok lainnya.
Karena itu, lanjut dia, sungguh naif bila ada yang berpendapat mahasiswa turun ke jalan ditunggangi oleh kelompok tertentu. “Pendapat seperti ini sangat tendensius dan ingin menyudutkan mahasiswa,” ulang Jamiludin.
Sebagai tenaga pendidik, Jamiludin miris melihat para mahasiswa diperlakukan aparat keamanan khususnya kepolisian dengan kasar. Soalnya, mereka itu bukan penjahat dan bukan pula koruptor yang merugikan keuangan negara.
Perlakuan kasar terhadap para mahasiswa haruslah dikutuk. Para pelaku kasar ini harus di proses secara hukum dan diberi sanksi sesuai dengan perbuatannya karena dikabarkan ada para mahasiswa yang sekarang dihajar petugas kemanan sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit untuk mendapat pertolongan medis.
“Para mahasiswa itu calon-calon intelektual yang bakal menjadi penerus negara ini pada masa mendatang. Karena itu, perlakukanlah mereka secara manusiawi, bukan main ‘gebuk’ seperti penjahat,” demikian Muhammad Jamiludin Ritonga. (akhir)