SURABAYA, Beritalima.com |
Meningkatnya jumlah pasien positif Covid-19 membuat ruang isolasi di banyak rumah sakit penuh. Alhasil tak sedikit pasien yang melakukan isolasi mandiri di tempat tinggal mereka.
Seperti diketahui, isolasi mandiri atau isoman dilakukan selama 7 sampai 10 hari untuk mereka yang tidak bergejala. Serta 14 hari bagi yang bergejala ringan, dengan catatan 3 hari terakhir sudah tidak ada gejala yang muncul. Lalu bagaimana sebaiknya isolasi mandiri dilakukan?
Setidaknya ada empat hal yang semestinya dipenuhi selama isolasi mandiri atau isoman. Seperti dikatakan oleh Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) dr. Arief Bakhtiar, Sp.P.
Rutin Lakukan Evaluasi. Dalam sebuah kesempatan wawancara , Arief menjelaskan bahwa evaluasi sangat penting dilakukan selama menjalani isoman. Evaluasi dapat dilakukan dengan memantau suhu badan. Serta rutin mengukur saturasi oksigen pada pasien.
“Jika dalam 2 sampai 3 hari kedepan gejalanya semakin memburuk, ya isolasi mandirinya jangan dilanjutkan, segera ke rumah sakit,” tandas Arief pada Selasa (13/7/2021).
Sediakan Fasilitas Mumpuni. Arief juga menandaskan agar tempat tinggal atau rumah dalam kondisi mumpuni selama isoman. Setidaknya ada kamar tersendiri bagi pasien isoman.
“Lebih baik lagi jika ada 2 kamar mandi, sehingga salah satunya dapat digunakan khusus untuk pasien yang sakit,” tuturnya.
Selain itu, idealnya ruang isoman memiliki ventilasi yang baik seperti jendela. Sedangkan ruangan tertutup ber-AC akan semakin menambah konsentrasi virus di udara.
Selalu Terapkan Protokol Kesehatan. Sementara itu, menurut Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) itu, selama masa isoman semua anggota rumah wajib menjalankan prokes dengan ketat. Termasuk selalu memakai masker.
Selain masker, disinfeksi juga perlu dilakukan pada tempat-tempat yang sering disentuh, seperti pintu; pagar; dan meja. Untuk makan, lebih baik diantar. Ia juga menyarankan untuk menggunakan alat makan sekali pakai.
Jika pasien isoman adalah orang tua, maka kemungkinan perlu perawatan dari orang lain. Ia menyarankan agar yang merawat adalah orang yang betul-betul sehat.
“Karena si perawat ini sudah termasuk dalam orang-orang yang kontak berat, maka harus menjalani proses isolasi juga,” tekannya.
Kontak Fasilitas Medis. Sebelum isoman, pastikan pasien atau keluarga memiliki kontak dengan tenaga medis atau fasilitas kesehatan. Tujuannya, jika sewaktu-waktu keadaan pasien memburuk, dapat melakukan konsultasi dengan pihak medis.
Di sisi lain, Arief mengatakan, isoman bukan berarti benar-benar terisolasi. Tatap muka dengan anggota keluarga masih bisa dilakukan. Namun, jaraknya harus tetap berjauhan tidak kurang dari 2 meter.
“Penting untuk disadari bahwa jangan memaksakan isoman. Jika ada perburukan, ya sudah, harus ke rumah sakit atau usahakan ada pertolongan dari pihak medis,” tekannya menutup wawancara. (Yul)
Caption : DOKTER Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) sekaligus Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) dr. Arief Bakhtiar, Sp.P.