SURABAYA, Beritalima.com-
Di era digital yang semakin maju, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak muda. Namun, seiring dengan peran positifnya, media sosial juga membawa tantangan serius, terutama bagi perempuan.
Seperti yang dirilis dari laporan UNESCO ‘Technology on Her Terms’, mengungkapkan bahwa media sosial memengaruhi kesejahteraan dan pendidikan perempuan. Salah seorang pakar Media Universitas Airlangga (Unair), Prof Rachmah Ida M Comms PhD, turut memberikan tanggapannya.
Menurut Prof Rachmah, media sosial kini berperan besar dalam membentuk identitas gender remaja dan telah menggeser teori Sigmund Freud.
“Dulu, pembentukan identitas lebih terpusat pada orang tua, seperti yang diajarkan oleh teori Sigmund Freud. Namun, seiring perkembangan media sosial, platform ini memiliki signifikansi dalam membentuk identitas anak-anak,” jelasnya.
Dampak Negatif
Namun, Prof Rachmah juga mengingatkan tentang dampak negatif yang perlu diwaspadai, seperti kehilangan privasi. Menurutnya, banyak anak-anak muda menggunakan medsos sebagai outlet untuk mengartikulasikan diri mereka.
“Biasanya para remaja ingin dianggap eksistensinya oleh masyarakat dengan mengartikulasikan diri mereka. Itu sangat berbahaya karena Predator di media sosial dapat memanfaatkan situasi ini untuk melakukan kekerasan seksual atau cyberbullying,” ulasnya.
Alih-alih, Prof Rachmah mengingatkan bahwa media sosial bukanlah cerminan realitas sejati. Menurutnya, konten yang ditampilkan sering kali tidak sesuai dengan realitas dan dapat menimbulkan tekanan psikologis seperti stres dan depresi.
“Semakin banyak anak perempuan mengalami depresi dan kecemasan karena terlalu sering terpapar media sosial. Mereka cenderung membandingkan realitas sehari-hari dengan gambaran semu yang ditampilkan di platform tersebut,” ujarnya.
Sumber Inspirasi
Alih-alih menjadi penyebab masalah kesehatan mental, Prof Rachmah menekankan bahwa media sosial harus menjadi sumber inspirasi yang positif. Ia juga mengakui bahwa banyak konten bermanfaat di sosial media yang dapat menjadi ladang edukasi.
Lebih lanjut, Prof Rachmah menjelaskan bahwa media sosial memainkan peran penting dalam membentuk pilihan karir.
“Anak-anak muda sering mencari role model di media sosial yang mereka anggap cocok dengan diri mereka. Sebagai contoh, banyak perempuan yang menjadi konten kreator di platform digital,” ujarnya.
Literasi Digital
Ia juga menilai bahwa peran orang tua dalam mengawasi penggunaan media sosial anak-anak dan memilih konten yang bermanfaat sangat penting. Selain itu, ia menekankan pentingnya peran pemerintah untuk mengedukasi tentang literasi dan etika penggunaan media sosial.
Prof Rachmah berharap agar perempuan muda dibekali dengan literasi digital yang lebih baik di masa mendatang.
“Generasi ini perlu lebih dari sekadar kemampuan menggunakan media sosial. Mereka juga harus memahami isi kontennya dan memanfaatkannya secara bijaksana,” imbaunya.(Yul)