SURABAYA, beritalima.com|
Beberapa waktu lalu sempat heboh seorang influencer dengan akun Twitter @catwomanizer melontarkan edukasi mengenai hubungan seks yang aman saat haid dengan menggunakan alat kontrasepsi. Lontaran tersebut tentu menuai pro dan kontra, Ini tanggapan Pakar Unair.
Kurang Familiar di Masyarakat
Prof Dr Budi Santoso dr SpOG Subsp FER, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga sekaligus Spesialis Kandungan menanggapi kasus tersebut. Baginya, edukasi sang influencer sangat berisiko karena hal tersebut kurang familiar bahkan tabu di masyarakat Indonesia.
“Karena pemasangannya sangat sulit dijangkau untuk meletakkan di posisi yang pas pada leher vagina. Ditambah, dengan gerakan hubungan badan sangat mustahil untuk alat tersebut tidak berubah posisi dan dapat menyebabkan infeksi,” tutur Prof. Budi.
Di beberapa negara maju sudah ada edukasi mengenai hal tersebut. Namun, dibalik edukasi tersebut tentu dapat menimbulkan risiko-risiko berbahaya baik dari sisi wanita ataupun pria.
Risiko yang Timbul
Infeksi pada leher vagina dapat terjadi jika penempatan alat kontrasepsi yang tidak pas. Maka dari itu, untuk melakukan hal tersebut tidak bisa sembarangan. Harus berbekal wawasan dan edukasi yang cukup agar tidak melukai vaginanya.
“Pemasangan yang tidak tepat rentan untuk darah haid berceceran. Hal ini dapat menimbulkan bibit penyakit karena darah haid merupakan darah yang kotor dan mengandung bakteri. Maka dari itu, berhubungan badan saat haid dilarang keras selain karena melanggar norma dan praktiknya sangat berisiko,” tegasnya.
Risiko ascending infection tak dapat dihindari. Karena darah yang berceceran dapat menimbulkan bakteri masuk dalam saluran kemih baik dari sang wanita dan pria serta dapat mengganggu berjalannya kesuburan dari kedua belah pihak.
Tips Hubungan Badan Tidak Berisiko
Agar terhindar atas risiko tersebut, Prof. Budi mengimbau untuk saling menjaga kebersihan. Salah satunya tidak berhubungan saat wanita sedang haid. Karena dengan melakukan hubungan badan saat haid dapat menularkan penyakit dengan cepat.
“Dengan ini, masyarakat agar dapat memilah atas informasi yang berada pada media sosial dan berusaha mencari tahu atas risiko-risiko pada edukasi atau informasi yang tersaji di media sosial,” ungkapnya. (Yul)