Pakde Karwo Dapat Apresiasi dari ISEI Pusat Atas Komitmen Pertumbuhan Inklusif

  • Whatsapp
Pakde Karwo Bersama Para Pengurus ISEI Cabang Surabaya Koordinator Jatim 2016-2019 Yang Baru Dilantik

Gubernur Jatim Pakde Karwo mendapat apresiasi dari ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Pusat) Pusat seusai menyampaikan paparan tentang “Strategi penguatan pembiayaan UMKM untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan inklusif” pada seminar nasional dalam menghadapi ketidakpastian global, di Bank Jatim Jl Basuki Rahmat 98-104 Surabaya, Kamis (11/8).

Pakde Karwo dalam kesempatan itu mengutarakan, menurut jurnal Bank dunia, satu persen penduduk Indonesia menguasai 50 % aset di Indonesia sehingga disparitas menjadi cukup lebar. Ini warning luar biasa dari Bank dunia. Maka pemerintah Provinsi Jatim bersama Bupati/ Walikota melakukan penguatan Usaha mikro Kecil dan Menengah.

Dari size ekonomi Jatim 2015 sebesar Rp 1.689,88 Triliun, kontribusi UMKM terhadap PDRB cukup besar mencapai 54,98 % (menyerap tenaga kerja 98 % ), dan keberadaan UMKM merata di seluruh wilayah Jatim. Apalagi berdasar sensus ( bukan sampling) by name by adress, UMKM  tahun 2011 – 2012 (APBD) oleh BPS tercatat 6,8 Juta UMKM, yang Siap Ekspor  3.476 UKM, Perintis Ekspor  1.330 UKM, dan Inkubator  70.000 UKM lebih.

Untuk itu strategi yang harus dilakukan kepada 6,8 juta UMKM daya saingnya harus diperkuat, Produknya standarisasi, harga barangnya  lebih murah, lebih baik dan lebih cepat sampai konsumen distribusinya.

Bersama Bupati/ Walikota sudah ada program setiap empat bulan sekali membicarakan antara pembangunan Nasional, Provinsi dan pembangunan Kab/ Kota, plus  pembangunan yang bersifat lokal yang sifatnya menjadi prioritas ( pariwisata, Sumber daya alam yang akan dikembangkan, dan lain sebagainya).

Pertumbuhan ekonomi Jatim Semester I tahun 2015 sebesar 5,22%, pada Semester I tahun 2016 naik 5,55 %, sementara nasional 5,4 %. Jatim pada triwulan II th 2016 diperkirakan tumbuh 5,6 %.

“Industrialisasi bisa jalan dengan baik kalau suku bunga rendah, pasar harus dibentuk karena 50 % pasar dunia turun. Maka pasar dalam negeri yang harus dikembangkan. Untuk itu daya saingnya harus tinggi kualitasnya harus baik, harganya lebih murah dan distribusinya juga cepat. Sehingga infrastruktur harus dibenahi baik laut, darat maupun udara. Itulah circle solusinya,” tandasnya.

Pakde Karwo menyarankan restrukturisasi pola pembiayaan, yang meliputi  Instrumen moneter bunga SBI agar menjadi acuan suku bunga Bank pelaksana (harus ada cut off), Bunga kredit segmen usaha mikro agar dirasionalisasi (agar lebih rendah dari kredit korporasi).

Dalam pembiayaan pembangunan harus diketahui detail kapasitas usaha target grup pembangunan, supaya dapat mengetahui apakah government spending harus melalui banking system atau masih harus diintervensi melalui grant

Government spending harus bersifat elastis untuk fungsi stimulus (tergantung keadaan/kapasitas fiskal), dan penerapan kebijakan fiskal pada UMKM (pemungutan pajak) agar di-minimize

Chief Economist BRI/ Dosen UGM Dr. Anggito Abimanyu mengatakan, Pertumbuhan ekonomi DKI, Jawa Timur dan Jabar lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional. Pertumbuhan ekonomi daerah-daerah penghasil memerlukan dukungan APBN, sementara daerah sumber pertumbuhan/investasi memerlukan peran  Perbankan.

“Pertumbuhan ekonomi daerah akan sangat tergantung pada fungsi intermediasi perbankan. Fungsi bank-bank daerah belum bisa diandalkan karena struktur portofolio yang terfokus pada kredit pinjaman konsumsi,” imbuhnya.

Sebelumnya dilakukan pelantikan pengurus ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia ) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur periode 2016 – 2019. Pakde Karwo mengharapkan kepada Pengurus ISEI yang baru dilantik agar tetap grouded / melihat problem pembangunan, tentunya  harus mendorong industrialisasi kembali.

Jika proses industrialisasi tidak di bidang agro akan menimbulkan bencana terhadap anak muda yang  dikhawatirkan akan urbanisasi. Maka strategi pendidikan harus dirubah total. Soluasinya pendidikan fokus pada vocational.  Meningkatkan Rasio SMK  (70 % ) dan SMA (30 %). Plus pengembangan  BLK semula 18 ribu per tahun menajdi 28 ribu per tahun dan membangun akhir 2017 sebanyak 370 SMK mini  pendidikan selama 6 bulan bekerja sama dengan Jerman (standarisasi). Agar mereka masuk tenaga kerja dan memberikan nilai  tambah terhadap desa, jika ke luar negeri menjaditenaga kerja  formal. Sehingga Deparlu bisa memebrikan perlindungan  hukum terhadap tenaga kerja seperti itu.

Sekretaris Umum Pengurus Pusat ISEI Adriyani dalam kesempatan itu mengatakan, Negara-negara maju pertumbuhan ekonominya juga semakin menurun, hal itu juga menunjukkan bahwa ekonomi dunia sudah berubah dari negara maju ke negara berkembang, salah satunya Indonesia. Dengan pertumbuhan ekonomi 5 %  penguatan terhadap eksport belum signifikan maka daerah dituntut tidak hanya bicara ekonomi secara umum, tapi menyikapi eksport impor secara lokal. Nasional tidak ada artinya kalau setiap daerah tidak berorientasi tentang ekspor impor, sehingga cenderung hanya mengandalkan APBD saja. “Jawa Timur saya lihat luar biasa sudah melakukannya sehingga inflasi di Jatim terbaik,” ujarnya

ISEI di daerah punya tantangan besar kontribusinya terhadap perekonomian lokal, sehingga perekonomian nasional bisa menjadi kuat. Penguatan sangat penting karena saat ini permintaan dunia menurun 50 % . berarti banyak perusahaan mengurangi produksi.

Tantangan terbesar adalah kemiskinan. Tidak hanya kepala daerah tapi anggota ISEI dan para ekonom bukan hanya membahas angka kemiskinan tapi pengurus harus bisa menurunkan angka kemiskinan. “Saya harap pengurus ISEI bisa memantau masyarakat miskin menjadi mandiri, berwirausaha membina dalam kelompok-kelompok usaha,” harapnya.

Ketua ISEI Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur periode 2016 – 2019 Dr Eko Purwanto, SE, M.Si  mengutarakan, pergantian pengurus ISEI Surabaya salah satu tujuan utamanya adalah regenerasi yang akan berdampak pada peningkatan  kontribusi organisasi dalam upaya  pengembangan ekonomi khususnya di Jatim dan Surabaya.

Peran ISEI dalam pengembangan perkonomian dilakukan melalui konsep pemikiran dalm upaya membangun perekonomian antara lain  melaui kegiatan seminar. Tema seminar kali ini ni dilatarbelakangi ketidak pastian dalam pereknomian  global yang indikasinya antara lain krisis ekonomi eropah yang sampai saat ini belum pulih. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk memperkuat ekonomi nasional agar dapat mengeliminir dampak negatif dan perkembangan faktor eksternal.

Hadir dalam acara tersebut antara lain, Ketua OJK Jatim, Ketua dan pegurus ISEI se Indonesia, Dekan Fakultas ekonomi se Indonesia, Kepala SKPD di lingkungan Pemprov Jatim, Direksi/ pimpinan cabang Bank Jatim, dan Perbankan di Surabaya. (**).

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *