SURABAYA, beritalima.com – Penerapan ekonomi digital sebagai solusi untuk meningkatkan daya saing nasional juga bisa diterapkan pada proses produksi, pembiayaan dan pasar. Hal ini penting dilakukan karena prosesnya akan menjadi lebih efisien dan efektif.
“Pemanfaatan era ekonomi digital ini tidak hanya untuk proses trading, namun juga untuk segitiga proses yang penting dalam peningkatan ekonomi, yakni produksi, pembiayaan dan pasar,” terang Gubenur Jatim Dr. H. Soekarwo pada acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2018 di Hotel Bumi, Surabaya, Selasa (30/01).
Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim menjelaskan, keberadaan ekonomi digital mempermudah dan mempercepat transaksi di sisi produsen dan konsumen. Namun demikian, proses checking harus tetap dilakukan khususnya untuk produk agro baik di sisi kualitas, taste hingga pengemasan. Dalam mendukung ekonomi digital ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah mengeluarkan aturan tentang financial technology/fintech. “Saat ini, semua proses industri sudah kita dorong kesana, dan tentunya bukan hanya di bidang trader,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Pakde Karwo juga memaparkan dua jenis inovasi pembiayaan yang diterapkan di Jatim, yakni fiscal engineering dan creative engineering. Inovasi ini sengaja diterapkan untuk mengatasi posisi APBN dan APBD yang stagnan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. “Rekayasa pembiayaan perlu dilakukan melihat kondisi stagnasi anggaran yang ada,” imbuhnya.
Terkait inovasi pembiayaan fiscal engineering, terang Pakde Karwo, diantaranya diterapkan melalui loan agreement Bank Jatim dengan Pemprov Jatim, serta pendirian badan usaha yang bergerak di bidang Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Pedagang Besar Alat Kesehatan (PBAK). Pembiayaan loan agreement antara lain untuk mendanai onfarm pada proses primer sekunder atau dinamakan Agro Maritim Financing. “Solusi pembiayaan ini diharapkan bisa menjadi solusi terhadap anomali inflasi di pedesaaan, serta menurunkan kemiskinan di pedesaan,” imbuhnya.
Sedangkan untuk model pembiayaan creative engineering diterapkan pada pinjaman bank dan non bank, obligasi daerah, dan memperbanyak model Public Private Partnership (PPP). Selain itu, Jatim juga mengusulkan corporate bond yang secara prinsip disetujui, namun prinsipnya masih dipelajari oleh OJK. Pada pola corporate bond yang dijual adalah prospek proyeknya. Dicontohkan, Prospek Pelabuhan Probolinggo dengan pengelola PT. Delta Artha Bahari Nusantara (DABN) Port Service, memiliki potensi 40 persen lebih efisien dibandingkan Tanjung Perak.
Momentum Tepat
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank/IKNB, Riswinardi mengatakan, saat ini merupakan momentum yang tepat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah kondisi makroekonomi dan sektor jasa keuangan yang kondusif. Apalagi, indikator sektor jasa keuangan juga cukup solid baik di sisi permodalan, likuiditas, maupun tingkat resiko yang terkendali. “Kami yakin sektor jasa keuangan mampu mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4%,” terangnya.
Sementara itu, Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Heru Cahyono menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2017 sebesar 5,16% lebih tinggi dibandingkan Nasional sebesar 5,06%. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jatim, sektor jasa keuangan juga menunjukkan kinerja yang positif. Dana masyarakat yang dihimpun oleh perbankan Jatim meningkat 10%. “Industri Pasar Modal Jatim selama tahun 2017 juga menunjukkan kinerja yang positif terlihat dari dana yang dihimpun di pasar modal sebesar Rp. 853 miliar atau tumbuh 360,2%,” jelasnya.
Turut hadir Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Jatim Difi Ahmad Johansyah, Anggota Komisi XI DPR RI, serta para pelaku Industri Jasa Keuangan. (rri)