Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo memaknai, bahwa Idul Adha 1437 Hijriah sebagai sesuatu tindakan yang patut disyukuri. Telebih, Hubungan dengan Allah (Habbluminallah) dan Hubungan dengan Manusia (Habbluminannas) harus seimbang.
Demikian disampaikannya seusai melaksanakan Sholat Idul Adha 1437 H di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Senin (12/9)
Ia mengatakan, bahwa Hablumninallah dan Habbluminannas harus memiliki sudut 90 derajat. Artinya hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia kepada sang pencipta atau Allah SWT harus berbanding lurus dan seimbang.
“Ini artinya hubungan keatas dan kesamping harus sebanding. Sebagai ummat yang beriman dan bertaqwa jika lurus keatas juga tidak baik. Akan tetapi menyeimbangkan hubungan lurus keatas dan menyamping menjadi suatu hal yang penting,” tuturnya.
Habbluminannas atau hubungan manusia, diartikan Pakde Karwo sapaan akrabnya sebagai hubungan yang saling membutuhkan. Hal tersebut diaplikasikan dan ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang berqurban pada Hari Raya Idul Adha.
Terlebih, suasana masyarakat berbangsa dan bernegara saat ini sangat kondusif. Kondisi yang seperti itu, memberi dampak pada meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap sesama dan lingkungan.
“Yang menarik dari Hari Raya Idul Adha 1437 H, adalah suasana yang semakin semarak, dimana masyarakatnya semakin peduli dalam memaknai Idul Qurban dan peduli terhadap lingkungan,” ungkapnya.
Pakde Karwo sapaan akrabnya menjelaskan, ketika masyarakat memiliki rasa peduli terhadap sesama dan lingkungan yang meningkat akan membawa efek atau dampak positif dalam beribadah kepada sang pencipta Habluminallah. “Jadi dalam Islam kondisi ini berbanding lurus antara Habbluminallah dengan Hubungan dengan Manusia Habbluminannas. Itulah yang menjadi bagian penting dari Iman dan Taqwa kita kepada Allah SWT,” tegasnya.
Lebih lanjut Pakde Karwo mengakui, banyaknya masyarakat yang melaksanakan qurban menunjukkan, kesejahteraan masyarakat Jatim meningkat. Meskipun kondisi bangsa saat ini sedang mengalami krisis. Hal ini menunjukkan kemampuan membeli masyarakat baik atau Purchasing Power telah tumbuh secara positif.
Khatib Idul Adha 1437 H Dr. KH. Marzuki Mustamar dalam khutbahnya yang berjudul Cinta Tanah Air Bagian dari Iman dapat diartikan bahwa hari raya qurban adalah hari raya yang identik dengan sejarah dari tiga sosok figur yang masih dalam satu keluarga yakni Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Ibunda Hajar. “Ketiga figur tersebut pantas apabila Allah menjadikan mereka sebagai sosok figur panutan (Uswatun Hasanah bagi ummat Nabi Muhammad,” ungkapnya.
Ia menuturkan, banyak dari perilaku Nabi Ibrahim dan Ismail yang diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Bahkan, kisah ini di isyariatkan kepada kita agar mempu menjadikan sejarah beliau sebagai I’tibar dan pelajaran untuk memperbaiki perilaku kita pada masa sekarang agar mampu tampil lebih baik di masa mendatang.
Di contohkannya, kisah Nabi Ibrahim dan Ismail tersebut tersirat pelajaran bahwa mencintai tanah air sebagai tempat tinggal yang sangat dihormati. Dapat dibayangkan, bahwa Mekkah adalah tempat yang gersang tanpa pepohonan dan mayoritas kafir tapi sangat mencintai negeri tersebut.
Pada dasarnya Indonesia adalah negara yang aman, sentosa, tentram dan sejahtera. Maka, melalui momentum Idul Adha ini marilah kita contoh dan teladani sikap dan kepribadian Nabi Ibrahim dan keluarganya yang pandai mesyukuri akan nikmat Allah.
“Idul adha ini, perlu kita jadikan moment terbaik untuk semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas kedirian dan kehidupan kita dalam menghambakan diri kepada Allah. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang pandai bersyukur dan menjadikan Bangsa Indonesia bersatu padu. Menjaga agama merupakan tanggung jawab dari semua elemen bangsa,” tutupnya.
Pelaksanaan Sholat Idul Adha terasa istimewa karena Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo menitipkan hewan qurbannya untuk di sembelih di Masjid Al-Akbar. Sapi Presiden Jokowi ini berjenis PO atau Peranaan Ongole dengan berat 1.1 Ton bewarna putih yang berasal dari Kabupaten Gresik. Sementara itu hewan qurban dari Gubernur Jatim berjenis Sapi Limosin dengan berat 1.050 KG berasal dari Bojonegoro. Sedangkan, Hewan Qurban dari Wagub Jatim berjeqnias simental dengan berat 850 berasal dari Bojonegoro. (**).