SURABAYA, beritalima.com – Pertumbuhan ekonomi Jatim yang terus meningkat salah satunya didukung oleh sektor UMKM, dimana sektor agrobisnis menjadi fokus utama. Untuk itu, sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi umat, Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo kembali mengingatkan konsep pemberian nilai tambah pada sektor pertanian/agrobisnis.
“Dalam ilmu pengetahuan disebut science and technology, jadi bahan baku diubah menjadi bahan jadi seperti pisang diolah menjadi keripik pisang, ini harus dilakukan di produsen/petani. Setelah itu, industri perlu pembiayaan murah baru kemudian mereka bisa berkompetisi,” terang Pakde Karwo-sapaan lekat Gubernur Jatim saat membuka Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) III PWNU Jatim di Graha Residence Surabaya, Minggu (24/9).
Pakde Karwo mengatakan, permasalahan serius saat ini sebanyak 36,49 persen tenaga kerja di sektor pertanian hanya menyumbang 13,31 persen PDRB Jatim. Untuk itu, agar petani melakukan proses industri terhadap hasil produksinya, sehingga memberikan nilai tambah. Selain itu, dalam pengembangan industrinya mereka diberi suku bunga rendah. Caranya, dengan membentuk koperasi petani yang terdiri dari tiga gapoktan untuk kemudian diberi bantuan seperti mesin giling penghasil beras premium. Ini dilakukan agar petani tidak menjual gabah kering panen tapi diolah menjadi gabah kering giling dan selanjutnya para petani diberi pelatihan soal packaging.
“Kami akan coba di lahan 10×200 hektar. Jadi tanahnya disewa, tenaga kerja dibayar. Nanti dua tahun bisa mengembalikan pinjaman tersebut atau tidak. Ini ditawarkan sekaligus untuk melihat apakah pemberian suku bunga rendah lebih tepat sasaran dibanding pemberian subsidi pupuk,” jelasnya sembari menambahkan langkah ini akan dilakukan untuk berbagai komoditi. Selaibn beras juga kakao, kopi, kerapu dll.
Dalam kesempatan sama, Pakde Karwo menjelaskan kinerja sektor pertanian di Jatim yang terus meningkat. Dimana Jatim surplus beras sebanyak 5.135.177 ton beras untuk memenuhi 45,04 juta jiwa. Surplus ini juga terjadi di komoditas seperti jagung sebesar 5.717.790 ton. Hingga Agustus 2017, beberapa komoditas juga tercatat mengalami surplus seperti cabai merah sebesar 1.480 ton, cabai merah keriting sebesar 635 ton, cabai rawit merah sebesar 16.815 ton, dan bawang merah sebesar 25.323 ton.
Pembangunan SDM Jadi Kunci
Pada kesempatan ini, Pakde Karwo menjelaskan bahwa pada Tahun 2019 nanti Jatim akan mengalami bonus demografi. Dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun), mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk. Fenomena ini harus diantisipasi dengan dual track pengembangan SDM, salah satunya pendidikan vokasional.
Pendidikan vokasional ini bisa melalui jalur formal yakni pengembangan SMK dan SMK mini, yang terus bekerjasama dengan berbagai negara seperti Jerman, Australia Barat maupun Amerika Serikat. Sedangkan sektor informal melalui pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK) yang berstandar internasional.
“Konsep dan basis spiritual masyarakat Jatim sudah bagus, tinggal menambah keterampilan yaitu melalui pendidikan vokasional. Nanti kita juga akan masuk ke pesantren-pesantren dan Tahun 2018 nanti kita fokus di Madura,” terangnya.
Bahas Masalah Ekonomi
Sebelumnya Ketua PWNU Jatim, KH. Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM mengatakan, pelaksanaan muskerwil ini sebagai forum untuk membahas program kerja yang melalui proses perencanaan. Muskerwil ini akan membahas berbagai hal yakni evaluasi program kerja sebagai tindak lanjut amanah konferensi wilayah, membuat peta jalan untuk memaksimalkan kinerja organisasi, serta menentukan sikap dan pendapat PWNU yang akan dibawa dalam munas PBNU nanti. Dalam muskerwil ini juga akan fokus dibahas masalah ekonomi yang mendesak untuk dipikirkan. “Umat kita tak sekedar hidup semata di atas ideologi tapi perlu adanya penguatan ekonomi,” katanya.
Sementara itu Sekjen PBNU Dr. Ir. H. Helmy Faishal Zaini mengatakan melalui muskerwil ini diharapkan NU dapat fokus dalam tiga bidang, yakni pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi. Menurutnya secara demografis warga NU ada 91,2 juta jiwa, besar jumlah akan tetapi kecil perannya. Untuk itu diperlukan peran pemerintah dalam melakukan upaya transformasi agar ketimpangan ekonomi tak semakin melebar. Untuk itu, salah satu program yang sudah dilakukan adalah pengembangan ultra mikro bekerjasama dengan Kementerian Keuangan serta MoU dengan OJK terkait suku bunga murah. “Mari kita segera lakukan pemetaan dan formula agar transformasi ekonomi ini dilakukan secara cepat,” ungkapnya.
Tema muskerwil kali ini “Percepatan Implementasi Program Strategis NU Jatim”. Turut hadir dalam acara ini Wakil Gubernur Jatim, Drs. H. Saifullah Yusuf, Ketua DPRD Prov. Jatim Abdul Halim Iskandar dan pengurus PCNU se-Jatim. (Rr)